Lux tidak bisa berhenti memikirkan jodohnya sejak hari pertama dia mencium aromanya. Dia mencoba membayangkan seperti apa rupanya, rasanya… tapi dia tahu bahwa angan-angan tertingginya pun tidak memadai. Dari matahari terbit hingga terbenam, jodoh Lux selalu ada di sana, bersembunyi di balik bayang-bayang, di luar jangkauan. Dia bahkan tidak tahu spesies apa dia. Yang dia tahu hanyalah namanya: Soren.
Selamanya – Mikayla S

Aplikasi ini telah menerima pengakuan dari BBC, Forbes dan The Guardian karena menjadi aplikasi terpanas untuk novel baru yang eksplosif.

Baca selengkapnya di aplikasi Galatea!
1
Lux tidak bisa berhenti memikirkan jodohnya sejak hari pertama dia mencium aromanya. Dia mencoba membayangkan seperti apa rupanya, rasanya… tapi dia tahu bahwa angan-angan tertingginya pun tidak memadai. Dari matahari terbit hingga terbenam, jodoh Lux selalu ada di sana, bersembunyi di balik bayang-bayang, di luar jangkauan. Dia bahkan tidak tahu spesies apa dia. Yang dia tahu hanyalah namanya: Soren.
Rating Usia: 18+
Penulis Asli: Mikayla S
Catatan: Ini adalah versi asli penulis dan tidak memiliki suara.
Jodoh.
Bagi manusia mereka bisa menjadi: kekasih, teman, atau sebatas kenalan.
Bagi vampir, mereka adalah pengingat terus-menerus akan kehidupan yang terpaksa mereka jalani dalam kematian, harapan suci yang mereka tahu akan direnggut dari mereka dengan sekali gigitan, sisa-sisa dari jiwa mereka.
Dan bagi serigala…yah, bagi serigala mereka berarti segalanya! Setiap kebahagiaan, setiap detak jantung, setiap debaran di perutmu menjelma menjadi satu orang.
Bau mereka, rasa mereka… Segala hal tentang mereka benar-benar melenakan.
Bagi kebanyakan serigala, menemukan jodoh cukuplah mudah.
Setiap tahun, serigala yang cukup umur datang ke wilayah kawanan kami untuk pesta tahunan orang tuaku, dan setiap yang datang pasti pergi membawa pulang jodoh mereka masing-masing.
Selama dua puluh satu tahun aku memimpikan bahwa suatu saat aku akan bertemu jodohku.
Siapakah dia? Seperti apa rupanya? Apakah dia menginginkanku seperti aku menginginkannya?
Setiap hari aku berdandan, berusaha sekuat tenaga untuk terlihat secantik mungkin untuk memastikan dia memperhatikan aku, dan setiap hari berakhir dengan kekecewaan.
Tidak seperti kedua kakak lelakiku yang kembar, Drayden dan Draxel, aku tidak bertemu jodohku ketika berusia 15 tahun.
Tidak.
Draxel dan Drayden beruntung.
Draxel berjodoh dengan Kimber, putri salah satu sahabat orang tuaku.
Kami telah mengenalnya sepanjang hidup kami, jadi ketika ternyata dia bukan hanya jodoh Draxel, tetapi juga calon Luna kawanan kami, semua orang ikut senang.
Dan mengapa tidak? Dia memang luar biasa!
Hanya tiga minggu setelah Draxel dan Kimber kawin, Drayden menemukan jodohnya, Blair.
Namun, perkawinanku—yah—perkawinanku jauh lebih rumit.
Tidak seperti yang lain yang mendapat kesempatan untuk bertemu jodoh mereka pada usia 15 tahun, aku bertemu dengan jodohku jauh sebelum itu.
Maksudku jauh, benar-benar jauh sebelum usia 15 tahun. Masalahnya adalah… Kurasa aku harus menjelaskan bahwa aku belum pernah benar-benar bertemu dengannya secara langsung.
Pertemuan pertamaku dengan calon jodohku terjadi secara tidak terduga.
Aku dan orang tuaku mengunjungi dua pamanku, Silas dan Thackery, untuk membahas urusan kawanan.
Setelah sibuk bergulat dengan rapat-rapat kawanan hari itu, orang tuaku mengajakku, bersama pamanku, adik sepupuku, Kasyn, dan Bibi Milani, pergi ke danau untuk berenang dan bersenang-senang.
Ketiga anak laki-laki itu berlarian ke sana dan kemari di sekitar tepi sungai, ibu-ibu kami berjemur, dan ayah-ayah kami sedang memasak di dekat tepi. Sedangkan aku sibuk mengejar kupu-kupu.
Aku telah menemukan kupu-kupu biru menyala yang indah beterbangan di kejauhan, jadi aku mengejarnya, dan hampir menangkapnya saat ia menyelinap di antara pepohonan.
Aku terbawa suasana dan tanpa sadar mengejar jauh ke dalam hutan sampai aku dikelilingi kegelapan, dan kupu-kupu itu hilang.
Karena takut, aku mulai menangis. Aku tidak bisa lagi melihat keluargaku atau sekadar mendengar mereka karena suara angin yang menghantam pepohonan.
“Ssst, Lux kecil, jangan takut.” Suaranya begitu dalam sehingga membuatku takut, tapi sekaligus menenangkanku.
Aku melompat berdiri mencari-cari pemilik suara itu, tetapi tidak ada seorang pun di sana.
Aku sendirian, atau setidaknya aku pikir aku sendirian sampai dia berbicara lagi: “Kamu seharusnya tidak berada di sini, Lux kecilku.”
Sambil mengendus-endus lengan bajuku, aku mencari-cari lagi dan tidak menemukan apa-apa, tapi aku yakin aku mendengarnya.
Suaranya begitu menenangkan. Bahkan sebagai seorang anak aku sangat ingin mendengarnya lagi.
“Siapa kamu?” Aku mencari-cari lagi dan berharap dan berdoa agar aku bisa melihat sekilas pemilik melodi yang menenangkan ini.
Namun, sebaliknya aku tidak mendengar dan melihat apa pun.
Ayahku datang dan menemukan aku tepat setelah itu. Dia memarahiku karena berkeliaran terlalu jauh, mengingatkan aku bahwa meskipun kami berada di wilayah yang aman, harus ada yang menemaniku setiap saat.
Aku mencoba memahami—benar-benar kucoba! Namun waktu itu pun, dia memanggilku pada tingkat yang sangat mendasar sehingga aku tidak bisa tidak mencarinya.
Setelah itu, aku tidak melihat atau mendengar apa pun dari pria misterius itu, lagi sampai aku berusia 13 tahun.
Hari itu terasa begitu aneh bagiku. Aku baru saja mulai mengalami menstruasi dan aku saling beradu mulut dengan kedua kakakku, jadi aku meninggalkan mereka dengan kesal menuju pepohonan di belakang rumah kami.
Aku tahu aku aman di sana, karena itu adalah satu-satunya tempat aku diizinkan untuk pergi tanpa gangguan ayahku maupun kedua kakakku.
Aku berteriak meluapkan rasa frustasi, sembari menyandarkan diri ke tunggul pohon tua yang terlupakan.
Mengapa hari ini tiba-tiba Bibi Flow memutuskan masuk dalam kehidupanku setelah sekian lama?
Mengapa kedua kakakku tidak bisa mengerti bahwa aku tidak ingin mereka mempermasalahkan pertumbuhanku? Aku kan tidak bisa mengendalikan tumbuh kembangku sendiri?
Maksudku, aku bukan vampir.
Setelah duduk di tunggul tua berlumut itu selama satu jam, air mataku akhirnya kering, dan aku mulai bisa menenangkan diri—hanya masih sesenggukan setiap sekian menit.
Saat itulah aku mendengarnya untuk kali kedua.
“Oh Lux kecilku, kamu sudah tumbuh besar rupanya.”
Suaranya benar-benar mengejutkanku, dan aku berdiri terlalu cepat sampai kehilangan keseimbangan…
Sampai, dengan sangat ringan, tangannya—yang sedikit keras tapi lembut—menyentuh bahuku, menahan badanku yang hampir terjatuh dan pastinya menghentikan napasku.
Aku merasakan dia tertawa geli karena kecanggunganku. “Hati-hati, Lux kecilku.”
“Namaku Zayla, aku tidak tahu siapa Lux,” aku menjerit, merasakan tangannya mendorong rambut ke atas bahuku, sebelum tawa yang tertahan mengalir di sekujur tubuhnya dengan begitu kuat hingga membuatku ikut bergetar.
“Oh, tapi Zayla, kamu akan selalu menjadi Lux kecilku.” Suaranya jauh lebih geli kali ini. Aku berbalik untuk melihatnya, tapi betapa beruntungnya diriku, dia sudah pergi.
Baca selengkapnya di aplikasi Galatea!
2
Setelah hari itu, aku tidak mencarinya. Tidak peduli betapa tubuhku mencoba memaksa untuk mencarinya, aku menentangnya, dan aku menentangnya dengan sungguh-sungguh.
Begitulah, sampai ulang tahunku yang ke-15.
Asal tahu saja, bagi serigala ulang tahun yang kelima belas adalah hari terpenting dalam tumbuh kembang—bahkan lebih penting daripada menginjak usia 18, atau bahkan 21.
Tidak, usia 15 itulah yang penting.
Pada usia 15 tahun adalah saat serigalamu akhirnya benar-benar matang. Saat itulah dia cukup dewasa untuk mulai mencari pelengkap dirinya, jodohnya.
Saat itulah dia siap untuk ditandai, dan untuk memulai hidupnya dengan satu cinta sejatinya. Namun, bagiku saat itulah aku menyadari bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan cinta sejatiku.
Hari ulang tahunku yang ke-15 berjalan lancar. Seperti setiap ulang tahun-ulang tahun lainnya, menyenangkan, penuh tawa bersama teman dan keluargaku. Menyenangkan sekali!
Sampai tiba waktunya berlari dengan kawanan kami— karena pada saat berlari bersama kawanan inilah serigalaku akan mengendusnya secara menyeluruh untuk kali pertama.
Selama waktu kumpul dan berlarian bersama kawanan seperti lazimnya, kaki hitam panjang dan tubuh kecil kami benar-benar memberi kami keuntungan bisa tetap berada di depan kawanan.
Bahkan, hampir setiap lari yang dilakukan kawanan, aku selalu berdampingan dengan ayahku.
Serigalaku lebih kecil, tapi identik, cocok dengan milik ayahku: bulu penuh, tebal, hitam legam yang indah, memungkinkan kami untuk hampir menyatu dengan bayang-bayang—kecuali mata kami.
Ayah dan aku memiliki mata biru cerah, hampir putih, sangat terang.
Pada putaran terakhir kami di sekitar wilayah itu, serigalaku mencium bau yang jelas-jelas pernah kami cium sebelumnya.
Karena baunya semakin kuat seiring semakin dekatnya kami ke rumah, serigalaku memutuskan untuk keluar dari kawanan dan pergi ke tempat kami menanggalkan pakaian kami.
Namun, semakin dekat kami ke tempat pakaian kami, semakin kuat baunya, membuat serigalaku menggila.
Kami mengikuti bau itu berputar-putar selama berjam-jam agar sebisa mungkin kami menangkapnya, sekedar melihatnya sekilas.
Siapa dia? Mengapa dia tidak ingin kami melihatnya?
Serigalaku merasa putus asa dan mendengus dengan seluruh kekuatan di paru-parunya, lalu menghempaskan dirinya ke tanah sambil cemberut.
Menemukan jodoh seharusnya menjadi hari terbaik dalam kehidupan serigala, jadi mengapa dia tidak menginginkannya? Kenapa dia bermain-main dengannya?
Hal ini membuat serigalaku frustrasi dan sangat melukai hatinya karena merasa dirinya tidak cukup baik bagi jodohnya.
Serigalaku adalah putri alpha, putri Zayn dan Skyla King! Dia seorang petarung, seorang ratu!
Jadi mengapa, setelah lima jam, dia tidak menunjukkan dirinya kepadanya? Apakah dia sedang bermain-main? Apakah dia menemukan kesenangan dari kerinduan Zayla kepadanya?
Dengan mendengus lagi, kami mulai menuju ke arah asal bau tadi. Bau itu sangat tidak asing bagi kami.
Dan pada saat itulah dia menghadirkan dirinya melalui tawa yang cepat dan dalam.
Kami mendongak, memindai sekeliling, mencoba menemukannya, mencoba melihat apa pun—bayangan, bahkan daun yang salah tempat sekali pun, namun tidak ada apa-apa.
Sampai kemudian dia berbicara: “Ada yang tidak sabar tampaknya, Lux kecilku.” Suaranya, meskipun jauh, masih membuatku merinding.
Aku duduk dan segera membiarkan bentuk manusiaku untuk memusatkan perhatian dengan berlutut telanjang bulat di tanah tempat serigalaku cemberut beberapa saat lalu.
Sambil mendongak dan menatap lurus ke depan, aku tidak yakin apakah dia masih di sana. Aromanya di antara ada dan tiada, rasanya hampir seperti dia terus-menerus berlarian di sekitarku. “Hari ini adalah hari ulang tahunku.”
Setelah tidak mendapat jawaban, aku menundukkan kepalaku, merasa sakit dan benar-benar lesu. Aku menghela napas dengan sedih, sebelum berdiri dan berjalan ke batang kayu tempat aku menyembunyikan pakaianku.
Setelah berpakaian, aku memasukkan tanganku ke dalam saku saat aku mulai berjalan pulang. Jari-jariku menyentuh sesuatu yang dingin yang aku tahu tidak ada di sana sebelum akhirnya aku menghentikan langkahku.
Perlahan kutarik keluar rantai tipis itu, seuntai kalung emas kecil yang indah dengan hiasan kupu-kupu emas putih kecil.
Setelah kudekatkan ke wajahku, aku tercengang saat melihat keindahan hiasan kupu-kupu itu.
Kupu-kupunya sangat kecil, tapi detailnya indah, hingga ke dua permata biru yang sangat indah yang terletak di antara berlian kecil dan bening di sayapnya.
Desainnya begitu indah, aku hampir tidak ingin memakainya, malah ingin memegangnya di tanganku saja selamanya.
Aku tidak tahu bagaimana caranya, tetapi rasanya aku tahu dia melakukan ini untukku, dia memberiku kalung ini, dan hal ini membuatku melepaskan pengaitnya dan mengalungkannya ke leherku.
Aku tidak bisa menahan senyum saat menggerakkan tanganku ke leherku di sepanjang rantainya yang indah.
Tepat saat jemariku menyentuh hiasan kupu-kupu, aku merasakan angin bertiup di sekitarku sebelum gema suara yang sangat aku dambakan terdengar melaluinya: “Selamat ulang tahun, Lux.”
Sambil mendesah saat suaranya terakhir meninggalkan pepohonan yang memantulkannya, aku berjalan melewati pintu belakang rumah.
Keluargaku semua berkumpul menungguku dengan senyum lebar di wajah mereka dan kue raksasa di tangan si kembar yang bertuliskan: “Selamat ulang tahun, Zayla!”
Dengan terus tersenyum lebar yang membuat wajahku berseri-seri, setelah mengucapkan permintaanku, aku membungkuk, meniup lilin.
Setelah pesta ketika semuanya mulai tenang, aku berjalan ke kamarku, memutar kenop, tetapi bahkan sebelum aku bisa membuka pintu, baunya menyentuh hidungku.
Sembari membuka pintu dengan tergesa, berharap bisa melihatnya, lagi-lagi aku kecewa. Namun, tetap saja aku masuk dengan kesiap-siagaan seolah-olah dia bisa keluar dari persembunyiannya kapan saja.
Dia tidak muncul, dan setelah beberapa menit aku tahu dia tidak ada di sini karena aromanya mulai menghilang. Namun, dari dekat jendela, aku bisa merasakan dia di sana… memperhatikanku.
Kubuka jendela, sambil berdiri mematung di sana, dan aku berharap dia akan muncul, tapi tidak kunjung muncul juga.
“Terima kasih untuk kalungnya, aku menyukainya,” bisikku agar tidak menarik perhatian orang lain yang mungkin juga membuka jendela mereka.
Setelah berdiri di sana sekitar sepuluh menit, aku berkesimpulan bahwa aku tidak akan melihatnya malam ini, jadi dengan desahan sedih aku membuka jendela lebar-lebar.
Segera setelah naik ke tempat tidur, aku mulai tertidur dengan cepat, dan tepat ketika otakku berada di ambang ketidaksadaran, aku mendengarnya.
“Sama-sama, Lux-ku yang cantik.”
Baca selengkapnya di aplikasi Galatea!