logo
GALATEA
(30.7K)
FREE – on the App Store

Kesepakatan

Xavier Knight tahu dua hal yang pasti membuat seorang gadis bergairah: mobil sport dan uang. Dia punya keduanya. Ketika sebuah skandal memaksanya untuk menerima perjodohan dengan Angela Carson, seorang gadis biasa, dia menganggapnya wanita matre—dan bersumpah menghukumnya. Namun, penampilan bisa menipu, dan terkadang dua sosok yang kepribadiannya bertolak belakang tidak terlalu berbeda…

 

Kesepakatan – S. S. Sahoo

 


 

Aplikasi ini telah menerima pengakuan dari BBC, Forbes dan The Guardian karena menjadi aplikasi terpanas untuk novel baru yang eksplosif.

Ali Albazaz, Founder and CEO of Inkitt, on BBC The Five-Month-Old Storytelling App Galatea Is Already A Multimillion-Dollar Business Paulo Coelho tells readers: buy my book after you've read it – if you liked it

Baca selengkapnya di aplikasi Galatea!

1

RINGKASAN

Xavier Knight tahu dua hal yang pasti membuat seorang gadis bergairah: mobil sport dan uang. Dia punya keduanya. Ketika sebuah skandal memaksanya untuk menerima perjodohan dengan Angela Carson, seorang gadis biasa, dia menganggapnya wanita matre—dan bersumpah menghukumnya. Namun, penampilan bisa menipu, dan terkadang dua sosok yang kepribadiannya bertolak belakang tidak terlalu berbeda…

Rating Usia: 18+

Penulis Asli: S. S. Sahoo

ANGELA

Semua orang mengira dirinya pahlawan.

Kita berkhayal tentang masa-masa kejayaan—seperti yang dibaca di buku dan tonton di film.

Lari ke gedung yang terbakar api untuk menyelamatkan seekor anjing? Tentu. Menyumbangkan ginjal ke teman? Tidak masalah. Mencegah perampokan bersenjata? Mudah.

Namun, kenyataannya, kita tidak pernah tahu bagaimana kita akan bereaksi sampai momen itu tiba. Sampai pria bersenjata itu mengarahkan pistolnya ke pelipismu, dan kamu bisa mencium bau logam larasnya.

Apakah kamu cukup tegar melakukannya? Untuk menghadapi pistol dan berkata, “Pilih aku. Tembak aku. Bunuh aku.”

Ketika saatnya tiba, apa yang akan kamu pilih?

Nyawamu, atau nyawa mereka?

***

Aku meremas tangan ayahku, merasa takut dan gelisah. Sakit melihatnya seperti ini. Dia terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, dengan selang terpasang di lengan dan dadanya. Mesin berbunyi bip di sampingnya, dan masker oksigen menutupi wajahnya.

Air mata mengalir di pipiku, dan aku menghapusnya untuk kesekian kalinya.

Ayah selalu ada dalam hidupku. Jangkar yang menyatukan keluarga kami. Pilar kekuatan dan kesehatan.

Lucas, kakak tertuaku, muncul di ambang pintu. Aku berjalan dan memeluknya.

“Apa yang dikatakan dokter?” Aku bertanya.

Lucas melihat dari balik bahuku ke arah Ayah. “Ayo kita keluar ke lorong.”

Mengangguk, aku pergi ke Ayah dan mencium keningnya sebelum mengikuti Lucas keluar dari kamar.

Dalam cahaya lampu neon lorong rumah sakit, aku membiarkan pandanganku tertuju kepada kakakku. Melihat rambutnya yang acak-acakan, pipinya yang tidak dicukur, dan lingkaran ungu tua di bawah matanya, aku tahu dia mengalami hari yang berat.

“Dengar, Angie…” Lucas memulai. Dia menggenggam tanganku seperti yang dia lakukan ketika aku masih kecil dan takut gelap. “Aku ingin kamu tetap tenang, oke? Tetaplah kuat. Beritanya… lumayan buruk.”

Aku mengangguk dan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.

“Ayah…” Lucas memulai, lalu berhenti, tatapannya mengarah ke langit-langit. Dia berdeham. “Dia mengalami stroke.”

Air mata segar mengalir di mataku.

“Kami belum tahu seberapa besar dampaknya, tetapi mereka pikir ALS dalangnya,” lanjutnya.

“Apa yang bisa kita lakukan?” tanyaku, keputusasaan merayapi suaraku.

“Kita istirahat,” Danny, saudara laki-lakiku yang lain, berkata dari belakangku. Dia berjalan dan memelukku. “Para dokter masih melakukan beberapa tes.”

Kedua saudara laki-lakiku berbagi pandangan, dan aku tahu ada yang mereka sembunyikan dariku.

“Apa?” aku menuntut. “Ada apa sebenarnya?”

Lukas menggelengkan kepalanya.

“Kamu ada panggilan wawancara, bukan?” Dia bertanya. “Pulanglah dan tidurlah. Kami akan meneleponmu setelah tahu lebih banyak, oke?”

Aku menghela napas. Aku tidak ingin pergi, tetapi aku tahu saudara-saudaraku benar. Penting sekali aku mendapatkan pekerjaan ini.

Kami saling berpamitan dan aku berjalan keluar ke udara malam yang dingin. Aku melihat lampu-lampu kota New York di kejauhan, rasa takut merasukiku.

Aku merasa tidak berdaya.

Apakah tidak ada yang bisa kulakukan?

XAVIER

Wanita di sebelahku memekik kegirangan saat aku memutar setir, membuat mobil berbelok di tikungan. Dia tertawa, girang karena kecepatan tinggi dan banyaknya sampanye yang dia minum.

“Xavier!” Dia menggigit bibirnya, tangannya berjalan di sepanjang pahaku. Dua hal yang dijamin membuat wanita terangsang.

Deru mobil yang cepat, dan uang yang banyak.

Kutancap gas, membuat Lamborghini melaju kencang di jalan-jalan Monako yang indah. Wanita seksi berambut pirang di sampingku menggigil senang, membelai tonjolan di celanaku. Dia dulunya seorang model peragaan busana di sini di Monako.

Kami sudah bercinta beberapa kali.

Aku bahkan tidak tahu namanya.

Aku menyeringai saat dia membuka ritsleting celanaku, mendesah senang saat dia mengulum di bawah sana.

Ini baru namanya menikmati hidup.

Mengebut di jalan Monako yang indah, di belakang kemudi Lambo, penisku di mulut sang supermodel.

Tidak perlu ada pertanggungjawaban kepada perusahaan bernilai miliaran dolar.

Tidak ada ayah yang menyebalkan dan selalu mengontrolku.

Tidak ada pelacur tukang selingkuh yang mengkhianatiku dan—

Aku menerobos lampu merah, dan bunyi sirene polisi menjerit di udara malam. Aku menepi, melihat lampu berkedip di kaca spionku.

“Sialan,” gumamku.

Si wanita pirang mulai menengadah, tapi aku mendorongnya kembali ke penisku.

“Apa kubilang boleh berhenti?”

Model itu melanjutkan aksinya, bersemangat untuk memuaskanku.

Polisi itu turun dari mobilnya dan mulai berjalan ke pintuku.

Yah, pikirku, melihat kepala wanita yang naik turun di pangkuanku. Ini akan menjadi cerita seru.

BRAD

Aku memanggil asistenku ke kantor, menghela napas sambil frustrasi. Ini sudah ketiga kalinya dalam waktu kurang dari sebulan Xavier menjadi berita utama, dan bukan karena dia mencium kepala bayi atau menjadi sukarelawan di rumah sakit.

Bukan.

Anakku telah ditangkap di Monako karena mengemudi dengan sembrono dan melakukan aksi tidak senonoh di area publik.

Aku mencubit pangkal hidungku.

Ada ketukan di pintu.

“Masuk,” panggilku tanpa menengadah. Masuklah Ron, asistenku yang berusia 26 tahun. “Apa kamu melihat berita?”

Ron hanya bisa ternganga. Dia tidak perlu mengatakan apa-apa. Aku ragu ada warga Kota New York yang belum melihatnya. Judulnya ada di mana-mana.

“Hubungi pengacara dan bawa Frankie dari Humas ke sini. Tolong.”

Ron mengangguk dan bergegas keluar dari kantorku.

Aku menyeberangi ruangan ke jendela kaca yang memenuhi seluruh dinding kantor yang menghadap ke utara, menatap jalanan New York, jauh, jauh di bawah.

Aku harus berusaha keras untuk memastikan kelakuan putraku tidak berdampak kepada perusahaan, atau dia. Aku suka berkata aku memiliki dua anak: Xavier dan Knight Enterprises.

Setelah pecah kongsi dari usaha orang tuaku di bidang perminyakan, aku membangun jaringan bisnis perhotelan dan perhotelan elite kelas dunia dari nol sampai puncak. Dua kebahagiaan terbesarku dalam hidup adalah putraku dan perusahaanku.

Dan sekarang keduanya dalam bahaya.

Lagi.

Aku menghela napas, wajah istriku yang cantik berkelebat dalam pikiranku.

Oh, Amelia. Andai saja kau di sini. Kau pasti lebih tahu cara membantu Xavier.

Pandanganku melayang ke jalanan Central Park. Kami berdua dahulu biasa berjalan di taman bersama, duduk dan makan di bangku dekat pepohonan.

“Ron!” aku berteriak. Aku mendengar pintu kantorku dibuka. “Batalkan pertemuanku. Aku mau jalan-jalan.”

ANGELA

Aku berjalan di sepanjang jalan setapak dua warna di Central Park, mencoba menjernihkan pikiranku. Aku sedang dalam perjalanan kembali dari toko bunga Em setelah tutup.

Batang-batang pohon willow yang panjang menekuk diterpa angin sejuk akhir musim panas. Angsa seolah-olah melayang di sepanjang permukaan kaca di kolam terdekat. Obrolan anak-anak yang sedang bermain melayang di udara, dan sepasang kekasih berpelukan di atas rumput.

Aku memeluk buket bunga lili di tanganku, menikmati lembutnya aroma bunga-bunga tersebut. Hatiku masih gelisah memikirkan ayahku di rumah sakit, tapi aku harus berusaha tetap tenang.

Aku melihat seorang pria tua duduk sendirian di bangku; matanya terpejam berdoa. Aku tidak tahu apa yang menarikku ke arahnya, tapi sebelum aku menyadarinya, aku sudah berdiri di sampingnya. Dia terlihat sangat sedih.

Sangat terpukul.

“Permisi?” Aku bertanya.

Dia membuka matanya, berkedip terkejut saat melihat ke arahku.

“Ada yang bisa saya bantu?” Dia bertanya.

“Saya hanya ingin bertanya apakah Anda baik-baik saja,” kataku. “Anda tampak… begitu sedih.”

Dia bergeser ke depan di bangku dan menunjuk ke sebuah plakat yang terukir di bagian belakang. “Saya sedang mengingat seseorang yang penting bagi saya,” katanya, suaranya berat.

Aku membaca ukiran itu.

Untuk Amelia

Istri Terkasih Dan Ibu Penyayang

16/10/1962 – 04/04/2011

Hatiku hancur.

Aku menyerahkan buket bunga liliku, tersenyum.

“Untuk Amelia,” kutawarkan.

“Terima kasih.” Dia mengulurkan tangan untuk mengambil buket bunga dengan tangan gemetar. “Bolehkah saya menanyakan nama Anda?”

“Angela Carson,” balasku.

BRAD

Aku melihat Angela pergi, rasa damai mengusir kekhawatiran di hatiku. Aku menepuk bangku, tersenyum ke langit.

Terima kasih, cintaku. Kau telah menunjukkan kepadaku jawaban yang kucari.

Aku merogoh saku jaketku, mengeluarkan ponselku.

“Ron, carikan informasi sebanyak mungkin tentang Angela Carson.” Aku memeriksa buket yang dia berikan, memperhatikan nama toko bunga yang tercetak di kertas pembungkus.

BUNGA EM.

Aku mengangguk kepada diriku sendiri, sebuah rencana terbentuk di pikiranku.

“Dan bawa putraku kembali ke New York.”

ANGELA
DANNY
Angie. Cepat datang
DANNY
Soal ayah
ANGELA
apa yang terjadi?!
DANNY
Dia mengalami serangan jantung.

“Kami berhasil menyadarkan ayahmu,” kata dokter itu, suaranya serius. “Korban stroke rentan terhadap serangan jantung dalam 24 jam pertama setelah stroke. Kami terus memantau dan akan terus menjalankan tes untuk melihat apa yang bisa kami lakukan.” Cara dia mengatakan hal itu membuatnya terdengar seolah-olah dia tidak yakin masih ada banyak yang bisa dilakukan untuk menolongnya.

“Terima kasih, dokter,” kata Lucas.

Dokter itu mengangguk dan meninggalkan kami sendirian.

“Berapa lama Ayah harus berada di sini?” Aku bertanya dengan suara kecil. “Sepertinya Ayah tidak dalam kondisi yang ideal untuk pulang.”

“Kita mungkin tidak punya pilihan,” kata Danny.

“Maksudnya apa?” Aku bertanya.

Kakak-kakakku saling berpandangan. Jantungku berdegup kencang di dadaku. Aku bisa merasakan kabar buruk datang. Akhirnya, Lucas menoleh ke arahku.

“Kita tidak bisa membiarkan dia di sini, Angie.”

Aku berkedip. “Apa?”

Danny menyisir rambutnya dengan tangan, wajahnya kuyu. “Kami bangkrut.”

“Bagaimana mungkin? Restorannya…” Restoran adalah bagian dari kehidupan Ayah ketika kami bertumbuh. Ibu juga pernah bekerja di sana, sampai dia sakit. Saudara-saudaraku mengambil alih segera setelah selesai kuliah.

“Kami telah bersusah payah selama beberapa tahun untuk bertahan. Resesi pada akhirnya juga menerpa kami. Ayah memakai rumah sebagai agunan pinjaman untuk mencoba menyelamatkan situasi. Lucas menghela napas. Dia tampak sudah kalah.

“Kenapa kamu tidak memberitahuku?” Aku bertanya. “Aku akan segera wawancara, jadi mungkin…”

Namun, Danny menggelengkan kepalanya.

“Tagihan rumah sakit akan segera datang…”

Aku tidak bisa berada di sana lagi—di lorong, di rumah sakit. Terlalu sesak. Aku menjauh dari saudara-saudaraku. Kakiku yang gemetaran membawaku melewati lorong-lorong dan menuruni tangga sampai aku mendapati diriku berdiri di luar, di depan rumah sakit.

Saat itu tengah malam, jadi tidak ada yang melihatku berlutut di tengah trotoar. Atau kupikir begitu…

“Permisi?” sebuah suara berat berkata dari belakangku.

Mengendus, aku mendongak untuk melihat seorang pria di dekatku. “Ya, bisa saya bantu?” gumamku sambil menyeka air mataku.

Pria itu berlutut di depanku, dan aku tersentak saat mengenalinya.

Dia pria yang kutemui sebelumnya di Central Park. Yang kuberikan buket bunga liliku.

“Maafkan jika mengganggu. Nama saya Brad Knight.”

Aku terkesiap. Brad Knight?

SiBrad Knight yang terkenal itu?

Miliarder pemilik Knight Enterprises?

“Erm,” aku tergagap.

“Saya tahu tentang masalahmu, Angela, dan saya bisa membantu. Saya dapat membantu soal tagihan medis ayahmu.”

Kepalaku berputar. Alarm berbunyi di pikiranku.

Bagaimana dia tahu begitu banyak? Apa yang dia inginkan dariku?

“Saya akan membayar semuanya. Saya akan memastikan ayahmu dirawat. Kamu hanya perlu melakukan satu hal untuk saya.” Dia terdengar begitu tulus, tetapi sedikit keputusasaan merayap ke dalam suaranya. Dia berusaha memberanikan diri, menatap tepat ke mataku.

“Saya ingin kamu menikahi putra saya.”

 

Baca selengkapnya di aplikasi Galatea!

2

ANGELA

Emily mengerutkan kening saat melihatku menggali isi bak es krim Ben and Jerry’s sambil mengenakan piamaku, rambutku diikat menjadi sanggul yang berantakan.

“Apakah kamu baik-baik saja?” dia bertanya.

“Sangat,” kataku dengan seteguk cokelat.

Dia menghela napas, mengambil bak es krimnya sendiri dari lemari es. Dia duduk di sebelahku, memasukkan sesendok vanila ke dalam mulutnya.

“Ayo ceritakan,” dia menuntut.

“Aku hanya stres,” aku mengakui. “Ayahku sedang di rumah sakit, dan kami akan kesulitan membayar tagihan. Aku baru saja menjalani wawancara kerja dengan Curixon, dan aku khawatir telah gagal, dan…” suaraku tersendat.

Dan seorang miliarder membuat permintaan konyol tempo malam.

Namun, aku tidak ingin memberi tahu Emily.

Bagaimana aku bisa?

“Kau tidak gagal,” Em meyakinkanku. “Kau melaluinya dengan baik, kan? Kamu sendiri yang bilang. ”

“Aku pikirbegitu,” kataku. “Sekarang aku tidak yakin.”

Itu benar; aku benar-benar cocok dengan pewawancaranya. Curixon adalah perusahaan hebat, dan aku berharap akhirnya gelar teknikku dari Harvard bisa bermanfaat. Aku telah menghabiskan beberapa bulan terakhir bekerja paruh waktu di toko bunga Em.

Dia bahkan mengizinkanku tinggal bersamanya di apartemennya.

Aku akan benar-benar kacau jika bukan berkat bantuannya.

“Kau penyelamatku, Em,” aku memulai. “Jika bukan karena kamu membiarkanku tinggal di sini—”

“Tak usah berlebihan,” katanya sebelum aku bisa berterima kasih kepadanya lagi. “Kamu tahu kamu boleh tinggal selama mungkin. Aku hanya tidak ingin melihatmu menyia-nyiakan hidupmu dengan menyapu lantai toko bungaku, padahal kau bisa bekerja di tempat seperti Curixon. Meskipun ada penggemarmu yang datang ke toko. Kamu terlalu pintar untuk itu, Angie.”

Jantungku berhenti berdetak.

Em tidak mengenali Brad, kalau begitu. Terima kasih, Tuhan.

“Aku pergi dulu ya.” Em bangkit, melemparkan sendoknya ke wastafel dan bak es krim yang kosong ke tempat sampah. “Jangan terlalu banyak mengasihani diri.” Dia memakai sepatunya, dan sebelum aku menyadarinya, dia sudah pergi.

Aku sendirian.

Pikiranku melayang kembali ke malam itu. Sejujurnya, aku pikir itu semua semacam mimpi gila. Namun, ketika aku menggulirkan daftar kontak teleponku, namanya masih ada di sana.

Brad Knight.

Aku keluar dari ruang tamu dan ke tempat tidurku, meringkuk menjadi bola. Aku memejamkan mata dan membiarkan pikiranku melayang kembali ke malam itu…

***

“Apa?!” Aku bergegas menjauh dari Brad, memberi jarak di antara kami. “Apakah ini semacam lelucon?”

Dia memperhatikanku, menggelengkan kepalanya.

“Maafkan saya,” katanya. “Saya perlu beri kata pembuka dahulu. Tolong izinkan saya menjelaskannya. ”

Aku melihat ke belakangku. Pintu rumah sakit tidak terlalu jauh. Aku bisa kabur jika harus.

Lagi pula, ada sesuatu padanya yang membuatku ingin memercayainya. Dia tampak begitu tulus dan baik. Apa mungkin karena usianya?

Aku mengangguk dengan hati-hati, memberi isyarat kepadanya untuk melanjutkan.

“Karena kamu begitu baik kepada saya sore ini, saya tahu harus membalas kebaikanmu. Saya mengunjungi Bunga Em. Dari situlah asal buket bunga yang Anda bawa. ”

“Ya, tapi…”

“Saya melihatnya di kertasnya. Dan saya berbicara kepada Em, wanita yang cantik. Dan saya bertanya tentang Anda, Nn. Angela Carson. Dia bilang dia mengenalmu dengan baik. Katanya Anda berada di sebuah rumah sakit kecil di New Jersey karena ayah Anda baru saja jatuh sakit.”

Aku mengangguk, masih tidak percaya dengan seluruh percakapan ini.

“Dan tolong, maafkan pertanyaannya, tetapi keluargamu tidak memiliki dana yang diperlukan untuk merawatnya…perawatannya, opname di rumah sakit, agar senyaman mungkin, bukan?”

Aku menggelengkan kepalaku.

“Di situlah aku bisa membantumu, Angela. Kita bisa saling membantu.” Dia tersenyum, matanya menghilang dalam kerutan di pinggir mata.

“Jadi, Anda ingin saya menikahi putra Anda,” aku mengulangi kata-katanya sebelumnya. Rasanya asing keluar dari mulutku.

Brad mengangguk.

Aku memikirkan apa yang kuketahui tentang putra Brad.

Xavier Knight.

Aku tahu tentang dia, tentu saja. Bagaimana tidak? Dia adalah seorang selebriti. Sangat kaya dan tampan.

Wanita mana pun pasti mau menjadi istrinya.

Namun, sepertinya dia memiliki sifat pemberontak. Aku telah melihat berita utama dan artikel tentang dia selama beberapa bulan terakhir.

Seks.

Narkoba.

Balapan.

Dia liar.

Berbahaya.

Getaran menjalari tulang punggungku, tapi aku tidak tahu apakah karena ketakutan atau kegembiraan.

“Namun, kenapa saya?” aku bertanya. “Saya yakin Anda bisa menemukan sejuta gadis yang lebih cantik dan lebih sukses dari saya. Lebih cocok untuk anak Anda.”

“Kamu memiliki jiwa yang suci, Nak. Kamu mungkin tidak mengetahuinya, tetapi kamu sosok yang jarang saya temui. Saya ingin yang terbaik untuk anak saya, seperti ayah mana pun. Saya pikir kamu bisa membantunya. Saya percaya insting saya, dan insting saya sekarang mengatakan ini akan berhasil.”

Aku berkedip.

Jiwa yang suci? Apa lagi maksudnya?

“Namun, pernikahan bukan hanya secarik kertas,” bantahku. “Tidak bisa begitu saja menandatangani kontrak dan jatuh cinta.”

“Itu mungkin benar, tapi cinta bersifat sabar.”

“Bagaimana Anda tahu saya tidak akan menikahi putra Anda dan kemudian menceraikannya keesokan harinya?” Aku sok bertindak jahat, tetapi aku membutuhkan jawaban untuk hipotesis membingungkan ini.

Alih-alih mengangkat punggungnya, dia melangkah lebih dekat dan meraih tanganku. Sentuhannya hangat, dan anehnya menenangkan. “Saya tidak percaya kamu akan melakukan itu, Angela. Seperti yang saya katakan, jiwamu suci. Namun, jika kamu membutuhkan sebuah alasan, lihatlah ke belakang.”

Aku berbalik dan melihat rumah sakit, diterangi oleh lampu jalan di luar. “Tagihan medis bukan main-main. Pengobatan, rehabilitasi, perawatan sepanjang waktu. Semuanya butuh uang, sayang. Jika kamu memegang teguh kesepakatan ini, saya berjanji, demi nyawa saya, saya juga akan memegang teguh janji saya.”

Pikiranku berpacu. Pasti ada cara lain.

“Ada wawancara kedua untuk sebuah pekerjaan besok. Saya mungkin bisa—”

“Angela,” katanya menghentikanku. “Apakah kamu tahu berapa biaya menginap semalam di rumah sakit? Tujuh ratus dolar setiap malam. Tes darah rutin sebesar 250 dolar. Jika mereka harus menggunakan defibrillator, semoga tidak, itu tambah 500 dolar lagi.”

Aku memejamkan mata.

“Kumohon. Tolong hentikan. Beri aku waktu sebentar untuk berpikir.” Aku mencoba mengatur pikiranku yang kacau.

Ayahku.

Restoran.

Saudara-saudaraku.

Bertahun-tahun terlilit utang.

Pekerjaan baru.

Gaji di Curixon cukup baik. Jika aku mendapat posisi itu, aku bisa perlahan membayar utang-utang.

Emily akan mengizinkanku tinggal bersamanya lebih lama lagi jika demi menyelamatkan nyawa ayahku.

Bagaimana aku bisa menikah dengan pria yang tidak kucintai, yang belum kutemui?

“Kenapa Anda membantu saya?” Aku bertanya.

“Ketika Anda datang kepada saya sore ini,” dia memulai, “Anda menjawab doa yang saya kirimkan ke langit. Anda memberi saya kekuatan ketika saya membutuhkannya. Jadi, sekarang saya di sini untuk menjawab doa-doa Anda. Saya di sini untuk memberi Anda kekuatan, dan inilah cara saya melakukannya.”

Aku memikirkannya, napasku terengah-engah.

Apakah aku serius mempertimbangkan ini?

“Angela?” Brad bertanya dengan lembut.

“Bisakah saya setidaknya diberi waktu untuk memikirkannya?” Aku bertanya. “Banyak hal yang harus dipertimbangkan.”

“Tentu saja,” katanya.

Brad memberiku kartu nama, terbuat dari logam tipis dan ringan.

Mungkin kertas terlalu sederhana untuk seorang miliarder, pikirku.

“Telepon saya ketika kamu sudah memutuskan.” Dia tersenyum kepadaku sebelum berbalik. “Saya benar-benar percaya ini akan berhasil, Angela. Saya yakin itu. ”

***

Ponselku berdering, membuatku tersadar dari lamunanku. Aku berguling di tempat tidurku, memeriksa ID penelepon.

CURIXON LTD.

Aku melesat tegak di tempat tidur, jantungku berdebar kencang di dadaku.

Oke, oke, oke, oke.

Aku menarik napas dalam-dalam.

“Halo?” kataku, berharap suaraku tidak bergetar.

“Hai, apakah ini Angela Carson?” terdengar suara wanita di ujung telepon.

“Saya sendiri.”

“Hai, Angela. Saya hanya menelepon untuk memberi tahu Anda bahwa sayangnya kami telah memutuskan untuk memilih kandidat lain untuk posisi pekerjaan ini.

“Oh.” Hatiku tenggelam.

“Kami pasti akan menyimpan lamaran Anda jika posisi lain tersedia.”

“Eh, oke. Terima kasih.”

Apa lagi yang bisa aku katakan?

Setelah beberapa detik yang menyakitkan, aku tersungkur ke bantal, dengan wajah posisi tengkurap.

Wawancara sukses yang tak berarti.

Kurasakan air mata frustrasi berlinang di mataku, dan kubiarkan membasahi bantal. Ada begitu banyak hal yang dipertaruhkan, lebih dari sekadar sanggup membayar tagihan dan memiliki sejumlah uang tunai untuk pengeluaran rutin.

Hidupayahku sedang dipertaruhkan.

Aku mengeluarkan ponselku, menggulirkan daftar kontakku.

Aku menatap nomor Brad Knight, ibu jariku melayang di atas tombol panggil.

Tampaknya aku tidak punya banyak pilihan.

Aku menekan tombol panggil, mengunci nasibku.

“Halo?” Brad mengangkat.

“Hai, Tn. Knight, ini Angela.”

“Angela!” Dia menyapaku dengan hangat. “Senang sekali mendengar kabar darimu. Jadi apakah ini berarti …?” Dia membiarkan pertanyaan itu menggantung.

Aku menarik napas dalam-dalam. Aku merasa seperti akan hancur di bawah beban kata-kata yang terbentuk di mulutku sendiri.

“Ya,” kataku. “Saya akan melakukannya.”

Aku merasakan sesuatu di dalam hatiku meringkuk dan musnah.

“Saya akan menikahi putra Anda.”

 

Baca selengkapnya di aplikasi Galatea!

Kiamat

Savannah Madis adalah calon penyanyi yang riang dan ceria sampai keluarganya meninggal dalam kecelakaan mobil. Sekarang dia berada di kota baru dan sekolah baru, dan jika itu tidak cukup buruk, dia kemudian berkenalan dengan Damon Hanley, cowok nakal di sekolah. Damon benar-benar bingung dengannya: siapa gadis bermulut pedas ini yang mengejutkannya di setiap kesempatan? Damon tidak bisa mengeluarkannya dari pikirannya, dan — meskipun Savannah benci mengakuinya — gadis ini merasakan hal yang sama! Mereka membuat satu sama lain merasa hidup. Namun, apakah itu cukup?

Rating Usia: 18+ (Konten Seksual Eksplisit, Kekerasan)

Perantara yang Menawan

Zoey Curtis sangat ingin berhenti dari pekerjaannya saat ini dan menjauh dari bosnya yang berengsek! Namun, ketika ditawari pekerjaan sebagai asisten miliarder playboy bernama Julian Hawksley, dia tidak siap dengan hasrat kerinduan yang tumbuh dalam dirinya…

Rating Usia: 18+

Penulis Asli: Mel Ryle

Ditandai

Sejak hari kelahirannya, Rieka telah dikurung pada malam hari oleh keluarganya, tidak dapat memenuhi satu keinginannya: melihat bintang di malam hari.

Sekarang, 20 kemudian, dia menyusun rencana untuk menyelinap keluar dengan teman-temannya, tetapi dia tidak tahu bahwa tindakan pemberontakan sederhana ini akan mengubah hidupnya selamanya dan menempatkannya dalam incaran seorang Alpha yang tidak akan melepaskannya.

Ditemukan

Hazel Porter sudah sangat bahagia dengan pekerjaannya di toko buku dan apartemennya yang nyaman. Namun, ketika pertemuan mengerikan menjeratnya ke dalam pelukan Seth King, dia baru menyadari ada lebih banyak hal dalam hidup—JAUH lebih banyak! Dia dengan cepat didorong ke dunia makhluk gaib yang dia tidak tahu ada, dan Seth berada tepat di tengahnya: alpha yang garang, tangguh, menawan, yang tidak menginginkan apa pun selain mencintai dan melindunginya. Namun, Hazel adalah manusia biasa. Bisakah hubungan mereka benar-benar berhasil?

Si Keily Gendut

Keily selalu berukuran besar, dan meski merasa tidak aman, dia tidak pernah membiarkan hal itu menghalanginya. Setidaknya sampai dia pindah ke sekolah baru di mana dia bertemu dengan keparat terbesar yang pernah ada: James Haynes. Lelaki itu tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengolok-olok berat badan Keily atau menunjukkan kekurangannya. Namun, masalahnya… orang-orang yang mengatakan hal-hal paling kejam sering kali menyembunyikan masalah mereka sendiri, dan James menyembunyikan sebuah rahasia BESAR. Dan itu adalah rahasia tentang Keily.

Menyelamatkan Maximus

Ketika Leila kembali ke kampung halamannya untuk menjadi dokter kawanan, dia mendapati dirinya terjebak di antara masa lalu dan masa kini—dan cinta dari dua pria—rekan dokter yang tampan dan seorang alpha yang memiliki rahasia. Namun, siapa yang akan membuat jantungnya berdegup lebih kencang?

Buas

Kami hanya berbicara dengan satu bahasa. Seks.

Dia memegang rambutku, tubuhku dipeluk dengan erat di lengannya yang lain. Aku sudah sangat basah di bawah sana, hingga tidak yakin apakah bisa menerima penetrasinya jika dia masuk ke dalam tubuhku.

Dia membuatku terbungkuk di atas meja dengan agresif, hal ini justru menyebabkan libidoku semakin memuncak. Aku bisa merasakan kejantanannya yang keras memijat belakang bokongku.

Aku menghela napas dengan gairah. Membutuhkannya. Di sini. Saat ini…

Menikahi Sang CEO

Seorang pelayan restoran yang berjuang untuk merawat adiknya yang sakit mendapat tawaran yang tidak bisa dia tolak. Jika dia bersedia menikahi CEO yang kaya dan dominan, serta memberinya ahli waris dalam waktu satu tahun, sang CEO akan membayarnya satu juta dolar dan membantu adiknya mendapatkan operasi yang dibutuhkan. Akankah kehidupan di kastil menjadi siksaan, atau bisakah dia menemukan kebahagiaan? Bahkan mungkin cinta?

Tamu Alpha

Georgie telah menghabiskan masa hidupnya di kota pertambangan batu bara, tetapi baru setelah orang tuanya meninggal di depan matanya, dia menyadari betapa kejam dunianya. Tepat ketika dia berpikir bahwa tidak akan ada hal yang lebih buruk, remaja 18 tahun itu tersandung masuk ke wilayah kawanan manusia serigala penyendiri, yang dikabarkan merupakan pemilik tambang. Terlebih lagi, alpha mereka tidak terlalu senang melihatnya…pada awalnya!

Diculik oleh Jodohku

Belle bahkan tidak tahu bahwa manusia serigala itu ada. Di pesawat menuju Paris, dia bertemu Alpha Grayson, yang mengeklaim dia adalah miliknya. Alpha posesif itu menandai Belle dan membawanya ke kamarnya, di mana dia berusaha mati-matian untuk melawan gairah yang membara di dalam dirinya. Akankah Belle tergoda oleh gairahnya, atau bisakah dia menahan hasratnya sendiri?