Ratu Lycan - Book cover

Ratu Lycan

L.S. Patel

0
Views
2.3k
Chapter
15
Age Rating
18+

Summary

Manusia serigala usia 19 tahun, Aarya, tidak pernah merasa dirinya adalah wanita romantis yang seputus asa ini hingga laki-laki yang dicintainya meninggalkannya demi jodohnya. Setelah dirundung patah hati, dia menghadiri Pesta Lycan dengan ogah-ogahan, di mana dia bertemu Raja Lycan Dimitri Adonis—yang akhirnya menumbuhkan benih-benih cinta pada pandangan pertama. Kini pasangan yang tengah dimabuk asmara ini harus menghadapi dunia kerajaan yang penuh dengan intrik berbahaya, sembari menghadapi mantan-mantan kekasih yang dicampakkan, bawahan yang cemburu, dan banyak lagi.

Lebih banyak

38 Chapters

Chapter 1

Bab 1

Chapter 2

Bab 2

Chapter 3

Bab 3

Chapter 4

Bab 4
Lebih banyak

Bab 1

“Dia menciumku dalam-dalam dan aku langsung tahu bahwa kami akan baik-baik saja.” Sambil menutup buku yang telah selesai kubaca, aku menghela napas.

Biasanya aku bukanlah tipe gadis yang terobsesi dengan cerita romantis, tapi kejadian minggu lalu telah mengubahnya.

Yang kulakukan hanyalah membaca kisah romantis yang tidak realistis ini dan tak pelak membayangkan diriku sebagai pemeran utama wanitanya. Lalu siapakah pemeran utama prianya, mungkin kamu jadi penasaran?

Orang sama yang mencuri hatiku empat tahun lalu, Hunter Hall.

"Aarya, kamu ingin ikut aku berbelanja?" Tak salah lagi, itu teriakan ibuku yang tengah menaiki tangga.

“Tidak, Bu,” sahutku membalasnya.

Aarya Bedi, itu namaku. Usiaku 19 tahun, dan jika kamu bisa mengenali namaku, aku orang India, dan ya, aku manusia serigala.

Saat ini, aku tinggal bersama orang tuaku, Sid dan Tara; mereka telah kawin/menikah selama 27 tahun. Kakak laki-lakiku, Sai, berusia 24 tahun dan jodohnya, Zoya, juga berusia 24 tahun.

Kawanan kami disebut Bulan Hitam; aku mencintai komunitas kami. Semua orang saling mengenal dan tumbuh di sini dengan luar biasa. Saat ini, aku sedang menimba ilmu untuk menjadi dokter kawanan; itulah yang selalu ingin kulakukan.

Aku ingat sewaktu sering diejek ketika mengatakan aku ingin menjadi dokter kawanan. Tentu saja warna kulit dan stereotipku adalah penghalangnya.

Bagi banyak orang, itu adalah karier sempurna sebagai orang India, dan kami semua memang dokter, pengacara, atau akuntan. Dulu aku tidak menyukainya, tapi kini aku bisa menerimanya.

Pikiranku berkelana ke Hunter Hall; dia adalah Beta kami. Dia dan alpha kami, Carter Ward, dikirim untuk menjalani pelatihan empat tahun lalu, dan mereka kembali hari ini.

Aku masih ingat hari sebelum mereka pergi. Hunter mendatangiku dengan mata birunya yang indah dan memintaku menunggunya. Aku baru berusia 15 tahun kala itu, tetapi aku akan menunggunya kembali.

Bagaimanapun, aku benar-benar jatuh cinta kepada Hunter. Dia ciuman pertamaku; aku masih ingat rasa kecupan bibirnya di bibirku.

Kebanyakan serigala menemukan jodohnya pada usia 18 tahun, dan karena Hunter tidak ada di sini ketika usiaku 18 tahun dan aku tidak menemukan jodohku, aku yakin Hunter-lah jodohku.

Sambil mengerang, aku menggeliat dari tempat tidurku dan berjalan ke rak bukuku. Aku harus memikirkan hal lain, kalau tidak aku bisa gila. Rak bukuku penuh dengan aneka buku. Bisa dibilang aku ini kutu buku.

Jari-jariku menyentuh sampul banyak buku hingga berhenti di satu buku. Aku mengambilnya dan menghela napas. Ini adalah sejarah manusia, manusia serigala, dan lycan. Ini bukan sekadar kisah belaka, tapi fakta murni.

Namun, aku tahu jika aku membaca cerita romantis lainnya, pikiran irasionalku akan selalu mengganggu tidurku.

Aku merasa nyaman di tempat tidur dan mulai membaca. Manusia, manusia serigala, dan lycan semuanya hidup dengan damai, dan kita telah berdampingan selama ribuan tahun hingga kini.

Bukan rahasia lagi bahwa lycan menguasai kami semua; mereka jauh lebih kuat dan perkasa ketimbangi kami manusia serigala.

Keluarga kerajaan kami seluruhnya lycan. Aku selalu menganggap mereka sangat menakutkan; aura mereka seperti itu.

Setelah menelusuri sejarah tentang bagaimana kita semua bersatu untuk pertempuran jaya, aku menemukan bab yang selalu membuatku penasaran.

Jodoh lycan. Mereka dianggap sangat berharga bagi lycan. Disebutkan bahwa jika lycan kehilangan jodohnya, mereka bisa mengamuk dan membunuh ribuan orang serta menghancurkan kota.

Ada pasukan khusus yang dilatih untuk menghadapi situasi seperti itu. Lycan hanya dapat memiliki satu jodoh. Mereka tidak dapat menandai dan kawin dengan orang lain jika jodoh mereka mati, kita manusia serigala bisa.

Bagiku, itu sangat menarik. Jika manusia serigala kehilangan jodohnya, kami memiliki pilihan untuk menemukan kebahagiaan dengan menandai dan mengawini orang lain, tetapi lycan tidak bisa melakukannya.

Itulah alasan jodoh lycan sangat berharga, dan itu juga membuat lycan sangat setia. Di bagian selanjutnya, aku menemukan bagian tentang penuaan. Lycan berhenti menua pada usia 20 tahun.

Banyak yang masih merayakan ulang tahun mereka, tetapi sejatinya mereka masih berusia 20 tahun; mereka dapat hidup hingga ratusan tahun.

Sebelum raja yang saat ini, raja kita sebelumnya memerintah selama 50 tahun sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada putranya. Dikisahkan bahwa sang raja pergi bersama jodohnya, dan tidak ada yang mendengar kabarnya lagi sejak saat itu.

Kami manusia serigala juga berumur panjang, tapi tidak sepanjang usia lycan; kami berangsur-angsur menua.

Dikisahkan pula bahwa jika jodoh lycan ternyata manusia atau manusia serigala, tubuh mereka menyesuaikan diri menjadi lycan. Mereka menjadi lebih kuat dan lebih perkasa sehingga dianggap sebagai lycan.

Bagian itu yang selalu membuatku takut, tapi aku tahu bahwa itu benar. Bagaimanapun, sahabatku sekarang adalah seorang lycan.

Meskipun aku tidak pernah mengakuinya kepadanya, aku selalu merasa terintimidasi olehnya. Dia berubah, dan itu membuatku takut.

Mengingat ini bukan buku baru, tidak ada kisah mengenai raja baru kita, Adonis Dimitri Grey. Semua orang memanggilnya Dimitri, dan hanya orang terdekat saja yang boleh memanggilnya Adonis.

Raja kita aneh; ia mengambil alih takhta tanpa jodoh di sisinya, itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Semua raja lycan sebelumnya telah menemukan jodoh mereka sebelum menjadi raja.

Dia juga membenci gambar dirinya; hanya ada tiga gambar. Satu ketika lahir, satu lagi ketika saudara-saudaranya lahir, dan yang terakhir ketika dia menduduki takhta.

Aku hanyalah anak kecil ketika dia menduduki takhta; usiaku 10 tahun kala itu. Tidak ada yang benar-benar tahu usia raja yang sebenarnya, dan aku curiga dia pun mungkin tidak memberi tahu siapa pun.

Nada dering yang tak asing terdengar dari ponselku yang tengah kuisi daya, dan aku bergegas mengambilnya. Melihat nama yang muncul di layar, aku tersenyum dan dengan cepat menjawab.

"Sophia Butler, lama tidak ngobrol," godaku.

“Aarya Bedi, jangan meledek. Kamu kan tahu aku lagi sibuk,” rengek sahabatku, Sophia.

“Memang kamu benar-benar sibuk? Jangan-jangan Luke yang bikin kamu terjerat?” Aku terus menggoda.

Sophia tertawa, “Kamu menyebalkan. Kamu tahu aku lagi sibuk. Lagian, Pesta Lycan sebentar lagi kan! Apa kamu enggak bersemangat?”

Ah ya, Pesta Lycan. Cara kerajaan memastikan semua kawanan bisa melihat istana dan bertemu raja. Aku membencinya.

Ini adalah kali kedua kawanan kami terpilih untuk hadir, tetapi baru kali ini aku benar-benar ikut. Aku selalu benci acara dansa, pesta dansa sekolah, resepsi pernikahan. Entah mengapa, padahal aku suka dandan.

Alasanku membenci Pesta Lycan, meskipun belum pernah hadir, adalah karena aku merasa diintimidasi oleh para lycan.

Saat pertama kali kami dijemput, aku terserang flu parah. Kakek-nenekku terbang dari Kanada, tempat mereka tinggal, untuk datang menjagaku sementara keluargaku yang lain pergi.

Begitulah cara sahabatku bertemu jodoh lycan-nya, Luke.

Sahabat yang kusebutkan sebelumnya. Sophia bertemu Luke di pesta dansa empat tahun lalu, dan sejak itu, dia banyak berubah.

Jangan salah paham, aku sangat senang ketika dia menelepon dan memberi kabar, bahkan jika aku sedang sakit saat itu. Meskipun hati kecilku tahu aku akan kehilangan sahabatku.

Bagaimanapun, dia adalah seorang lycan sekarang, dan mereka memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting. Jodohnya, Luke Martin, adalah kepala para prajurit, jadi Sophia selalu sibuk.

Sophia sangat suka berorganisasi, dia bertanggung jawab mengatur acara-acara penting, dan Pesta Lycan adalah acara paling penting yang pernah diselenggarakan Sophia.

"Oh ya? Aku tak sabar lagi,”jawabku dengan sinis.

"Yah, bagusnya, kamu bisa ketemu aku." Sophia mencoba menghiburku.

"Itu benar. Kita enggak ketemu sudah setahun lamanya. Enggak ketemu sejak kamu pulang ke rumah untuk menengok keponakan kecilmu.” Aku menghela napas.

"Aku juga kangen sama kamu. Semoga aku bisa pulang lebih sering.” Sophia juga menghela napas.

“Kamu sibuk, aku mengerti. Syukurlah ada teknologi ini. Kita selalu bisa mengobrol meskipun tidak bertemu,” kataku.

“Itu benar sekali. Oh, Aarya! Aku cuma enggak sabar untuk ketemu kamu! Kamu berangkat besok, kan?” Sophia bertanya.

“Ya, besok. Pagi-pagi sekali.” Aku menghela napas. “Berhentilah menghela napas! Cobalah sedikit bersemangat,” keluh Sophia.

"Oke, maaf. Aku akan coba." Aku tertawa.

“Yah, aku harus pergi sekarang. Panggilan tugas, tapi aku tidak sabar untuk ketemu kamu besok,” jawab Sophia.

"Sampai jumpa besok," sahutku, menutup telepon.

Tidak lama kemudian ibuku masuk ke kamarku dengan Zoya, membawakan tas. Aku tahu apa isinya: pakaianku untuk pesta.

“Aarya, kamu harus berkemas. Kamu tahu kita berangkat lebih awal besok,” kata Ibu, menggelengkan kepalanya ke arahku.

Sembari mengerang, Zoya tertawa dan berkata, "Aku akan membantunya berkemas."

Ibu mengangguk dan pergi. Zoya menyeretku turun dari tempat tidur dan membantuku berkemas. Bayang-bayang Hunter menghantui pikiranku.

Setelah kami selesai, aku bertanya kepada Zoya, "Jadi, ada berita kapan Hunter dan Carter akan pulang?"

"Kenapa? Enggak sabar, kan?” Zoya tertawa.

"Tidak, aku cuma ingin tahu, itu saja." Aku menggerakkan mataku.

Zoya adalah satu-satunya di kawananku yang tahu bahwa Hunter pernah menciumku dan aku mencintainya. Semua orang hanya mengira aku menaksir dia.

Aku tidak ingin orang tuaku tahu, dan terutama kakak laki-lakiku. Ia tidak akan menerima berita itu dengan baik, tetapi aku tahu aku bisa memercayai Zoya.

“Yah, mereka pasti segera datang. Kamu gugup?" tanya Zoya.

"Sedikit. Aku enggak sabar untuk ketemu dengannya,” aku mengakui.

Zoya dan aku duduk di tempat tidurku dan mengobrol sebentar. Aku senang bisa terbuka kepada Zoya; pada dasarnya dia seperti saudaraku.

Sai berkata ia senang bila melihat adiknya memiliki hubungan baik dengan jodohnya. Aku hanya beruntung Zoya sangat keren! Setelah Sophia pergi, aku merasa kesepian, tetapi Zoya selalu ada untukku.

Tak lama berselang, pendengaran manusia serigalaku menangkap suara mobil yang datang di jalan setapak. Aku melompat, jantungku berdegup kencang lantaran gugup.

Waktunya kini tiba. Aku bisa melihat Hunter setelah empat tahun.

Zoya memegang tanganku saat kami berjalan turun bersama. Apa aku kelihatan baik-baik saja? Aku mengusap rambutku, dan Zoya menggelengkan kepalanya.

Tarik napas dalam-dalam, Aarya, kamu bisa. Tidak apa-apa. Untungnya, rumah kami berada di dekat rumah kawanan, tempat alpha dan beta tinggal bersama keluarga mereka.

Sai menunggu kami di lantai bawah dan memegang tangan Zoya. “Ayo kita menemui alpha dan beta kita.”

Zoya tidak pernah melepaskan tanganku saat kami berjalan tidak jauh ke tempat mobil itu diparkir. Jantungku berdetak sangat cepat, aku hanya ingin melihat Hunter.

Kami berjalan ke arah mobil itu, dan serigalaku gelisah. Apakah itu pertanda yang selama ini kucari? Jodohku ada di sini?

Mimpiku menjadi kenyataan. Hunter akan keluar dari mobil itu, dan ia akan tahu bahwa kita berjodoh. Mendengar pintu mobil terbuka, kepalaku tersentak mendengarnya.

Pertama, alpha kami, Carter Ward, keluar. Dia tidak berubah sedikit pun. Yah, kecuali lebih berotot. Mata hijaunya berbinar penuh kenakalan dan kebahagiaan. Yap, Carter masih sama.

Ia menyibakkan sebagian rambut pirangnya dari wajahnya sebelum memeluk orang tua dan adik laki-lakinya. Aku melihat saat dia menyapa semua orang sebelum berhenti padaku.

Aku beruntung calon alpha ingin menjadi temanku. Selama sekolah, Carter selalu ada untukku, dan aku belum bisa membalasnya.

Aku menganggapnya sebagai salah satu teman terbaik, bersama dengan Sophia.

Senyum merebak dari wajahnya, dan aku pun membalas senyuman itu. Tak lama kemudian, Carter menyongsongku dan memutar tubuhku, hingga orang-orang tertawa.

“Aarya! Oh, aku betul-betul rindu sama kamu! Kamu banyak berubah. Sudah mulai puber, ya?” Carter menggoda.

Aku melingkarkan bola mataku dan memeluknya. “Senang bisa bertemu dengan kamu juga, Carter. Kamu tidak berubah sama sekali. Jangan khawatir, terkadang orang terlambat,” candaku, dan membuat orang tua Carter tertawa.

Carter tersenyum dan memelukku lagi. "Aku benar-benar rindu kamu, Senyum."

"Aku juga rindu kamu," aku menyengir mendengar nama panggilan Carter untukku, yang tidak dilupakannya.

Mendengar pintu mobil terbuka, aku melirik melewati bahu Carter untuk melihat sosok tubuh yang kukenal keluar dari mobil. Punggungnya menghadapku, sehingga dia tak tahu aku berdiri di belakangnya.

Aku ingin melihat mata birunya yang penuh cinta dan kekaguman untukku.

Carter menyingkir dan berdiri di sampingku, yang menurutku agak aneh. Bukankah dia harus terus menyapa semua orang?

Mungkin dia ingin menyaksikan saat Hunter dan aku saling menyapa satu sama lain sebagai teman. Ya, memang harus begitu.

Serigalaku terus gelisah, memicu pikiranku bahwa Hunter memang jodohku. Aku melihat rambut cokelat mudanya tertiup angin. Punggungnya masih membelakangiku; aku hanya ingin ia berbalik.

Apa yang ditunggunya?

Tepat ketika aku mengiranya akan berbalik, dan momen indah yang kuimpikan akan terjadi, Hunter tiba-tiba kembali ke mobil dan mengulurkan tangannya.

Jantungku seketika terhenti tatkala melihat tangan indah menyambut tangan Hunter. Senyuman serta-merta hilang dari wajahku dan berubah menjadi ekspresi kekecewaan.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok