Dihukum Sang Alpha - Book cover

Dihukum Sang Alpha

B. Luna

0
Views
2.3k
Chapter
15
Age Rating
18+

Summary

Setelah menghabiskan hidupnya dengan penuh kekhawatiran bahwa dia tidak akan pernah menemukan jodohnya, Alexia akhirnya bertemu dengannya—dan dia bahkan menjadi lebih khawatir! Alpha Rainier Stone dari Kawanan Southridge adalah pembunuh yang dikenal dengan kesadisannya. Dia mengambil apa yang dia inginkan—dan sekarang dia mengincar Alexia. Lebih buruk lagi, Alexia juga menginginkannya! Akankah Alexia mampu menenangkan amarah di hati Rainier? Akankah dia bisa menyelamatkan Rainer dari dirinya sendiri?

Lebih banyak

31 Chapters

Chapter 1

Bab 1

Chapter 2

Bab 2

Chapter 3

Bab 3

Chapter 4

Bab 4
Lebih banyak

Bab 1

ALEXIA

Aku turun ke bawah untuk minum kopi agar tetap terjaga. Aku kesulitan tidur beberapa minggu ini, dan aku tahu mengapa. Dia. Aku sudah berusaha mencari ~dia~ sejak aku pertama berubah wujud sepuluh tahun lalu.

Ibuku selalu mengatakan kepadaku bahwa jodohku akan menjadi segalanya bagiku. Andai saja aku bisa menemukannya. Aku sekarang berusia 26 tahun dan masih belum melihat sosoknya. Yang aku tahu, dia mungkin saja mati.

Aku saat ini tinggal di rumah kawanan yang ada di Wisconsin. Ini adalah tempat yang indah, sungguh. Hutan yang tertutup salju dan danau-danau yang berkilauan dan beku membentuk sebagian besar wilayah kawananku.

Kami memiliki kawanan kecil, 24 serigala tepatnya. Rumah kawanan kami adalah pondok dua lantai dengan dapur yang indah dan kamar yang cukup untuk semua serigala yang belum kawin, yang jumlahnya tidak banyak.

Aku akhirnya turun ke bawah dan berjalan ke dapur—sebuah ruangan mahakarya besar dengan semua peralatan baja antikarat dan lantai kayu keras yang indah.

Aku menyeduh kopi dan menatap ke luar jendela besar di depan wastafel. Tidak ada apa-apa selain pedesaan bersalju dan membeku sejauh bermil-mil.

Aku benar-benar menyukai tempat ini. Suasananya begitu tenang dan damai, sampai-sampai aku hampir tidak melihat seseorang di belakangku berjalan ke arah dapur.

"Selamat pagi, Lex," sapa kakakku, Adam.

"Pagi," jawabku. “Mau kopi?”

"Haruskah itu menjadi pertanyaan?" Dia menyeringai.

Adam selalu menjadi sahabat dan mentor terbaikku. Ayah kami meninggal ketika kami masih sangat muda, dan ibu kami membesarkan kami sebaik mungkin sampai dia meninggal beberapa tahun yang lalu.

Ayah kami adalah seorang beta, jadi Adam diharapkan untuk mengambil peran itu ketika dia sudah cukup dewasa.

Alpha Greg, alpha kami, mendidiknya dan mengajari semua yang perlu diketahui—bagaimana bertarung saat dibutuhkan, dan bagaimana menghindari konflik jika memungkinkan. Alpha mengajarkan bagaimana menjadi seorang pemimpin sejati.

"Ke mana kau tadi malam?" dia bertanya kepadaku.

“Aku pergi berlari. Perlu menjernihkan pikiran, dan serigalaku tidak mau berhenti menggangguku.”

Dia tahu bagaimana perasaanku soal menemukan jodohku. Itu semua memakan banyak waktuku tahun terakhir ini, tetapi dia hanya mengatakan untuk bersabar, bahwa waktuku akan tiba.

Aku berusaha ingin memercayainya, tapi itu sangat sulit jika sudah berusaha mencari selama ini. Kebanyakan serigala menemukan jodohnya segera setelah perubahan wujud pertama mereka.

"Ah. Baiklah, sebelum aku lupa, aku ingin memberitahumu bahwa alpha dari kawanan Southridge dan beberapa prajuritnya akan turun besok untuk membahas beberapa masalah wilayah.”

"Oke, dan mengapa kamu memberitahuku ini?" Aku bertanya kepadanya, sedikit tegang.

Semua orang tahu siapa kawanan Southridge itu.

Aku telah mendengar alpha mereka sadis, monster. Dia mengambil apa yang dia inginkan dan membunuh siapa pun yang mencoba menghentikannya.

“Kita belum pernah mendapat kunjungan dari kawanan Southridge selama bertahun-tahun, tidak sejak alpha baru mereka mengambil alih, jadi aku tidak benar-benar tahu apa yang diharapkan. Kau tahu kata orang tentang dia. Alpha ingin semua orang tetap waspada. Kami tidak ingin bertengkar.”

Aku mengangguk dan menunggu dia melanjutkan.

"Dan juga, aku memintamu untuk meminta Linda dan Julie membantumu memasak makanan yang cukup untuk memberi makan semua orang ketika mereka tiba."

Aku menuangkan secangkir kopi untuk diriku sendiri dan menatapnya.

"Aku akan minta, tapi kamu tahu mereka berdua," kataku kepadanya sambil menuangkan secangkir kopi juga. “Kau harus benar-benar memohon kepada mereka untuk melakukan apa saja. Apa Gennie tidak bisa membantu?”

Gennie adalah jodoh kakakku dan satu-satunya temanku. Tidak banyak serigala di sini, jadi bisa dibilang aku penyendiri.

"Dia mau, tapi dia bertugas membersihkan dan menata ruang makan."

Dia mengambil cangkir kopinya dan berbalik untuk pergi. Sebelum berjalan keluar pintu, dia menoleh ke belakang ke arahku.

“Bersabarlah. Kau akan segera menemukannya, dan dia akan benar-benar memujamu,” katanya sebelum pergi.

Aku memutar mataku saat mengambil bagel dan menghabiskan kopiku. Melirik jam, kuperhatikan sudah waktunya mulai bersiap-siap untuk bekerja.

Aku kembali ke kamarku dan menanggalkan pakaian.

Melangkah di depan cermin kamar mandi yang besar, aku mengamati rambut hitam panjangku yang jatuh ke pinggangku dan mata hijau zamrud besar yang menatap kosong ke arahku.

Tatapanku turun ke lekukan tak berujung yang membentuk tubuhku, dan aku menghela napas panjang.

Menyalakan air panas, aku melangkah di bawah semprotan hangat. Mau tak mau, aku memikirkan jodohku saat membersihkan diri.

Serigalaku merintih memikirkannya, karena tidak memilikinya. Dia telah menutup diri dariku akhir-akhir ini, hanya ingin keluar berkeliaran, berpikir dia bisa melacaknya.

Melangkah keluar dari kamar mandi, aku cepat-cepat melepas handuk dan mengambil celana jins robek dan tank top hitam berpotongan rendah. Aku memakainya dan mengeringkan rambutku sebelum menambahkan sentuhan maskara.

Setelah mengikat tali sepatu, aku keluar menuju ke mobil Pontiac Firebird tahun ‘78 dan menyalakan mobilnya. “Rainier Fog” oleh Alice in Chains meledak melalui pengeras suara, dan untuk beberapa saat, aku melupakan yang lainnya.

Perjalanan ke tempat kerja hanya memakan waktu lima menit. Bekerja di bar bukanlah apa yang kubayangkan ketika tumbuh dewasa, tetapi itu memungkinkan aku untuk keluar dan bertemu dengan orang-orang baru.

Segera setelah tiba, aku langsung ke belakang bar dan mulai membersihkan sebelum pelanggan mulai berdatangan. Aku mendengar seseorang datang melalui pintu depan dan mendongak.

Gennie, jodoh kakakku, dan rekan kerjaku, datang melalui pintu dan menatapku dengan pandangan bertanya-tanya.

"Kenapa kamu tidak menjawab teleponmu semalam?"

“Aku sedang banyak pikiran. Pergi lari dan tidak kembali sampai larut malam,” kataku kepadanya.

Dia memberiku senyum kecil penuh rasa kasihan.

“Jangan menatapku seperti itu.”

"Aku hanya ingin kamu bahagia." Dia tersenyum sedih.

Dia datang ke belakang bar dan mulai mengeringkan gelas yang aku cuci, dan aku memberinya senyum terlebarku.

"Aku akan baik-baik saja. Hanya perlu kesibukan sehingga bisa menjaga pikiranku agar tidak terlalu banyak berkeliaran.”

Dia akhirnya ganti topik, dan kami selesai bebenah pada saat pelanggan mulai berdatangan. Beberapa jam kemudian, malam semakin ramai.

Pengunjung bar berdatangan, baik manusia maupun serigala, dan aku tahu ini akan menjadi malam yang panjang.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok