Serigala Berbintang - Book cover

Serigala Berbintang

A. Makkelie

SATU

Pemandangan silih berganti di luar jendela mobil. Sudah dua jam mereka berkendara.

Setengah jam lagi, mereka akan tiba di wilayah kawanan Serigala Api. Sage bingung antara senang atau takut.

Elijah mengatakan kedua alpha telah menyetujui bahwa mereka akan tinggal bersama paman mereka untuk saat ini, semata-mata karena ayah mereka adalah sekutu dan mereka tidak punya tempat lain untuk pergi.

Kakak-kakaknya sangat bersemangat. Mereka cepat pulih dari kejadian yang menimpa kawanan dan orang tua mereka. Sekarang mereka kembali menjadi diri sendiri yang menyebalkan dan manja.

Sage tidak habis pikir bagaimana mereka bisa begitu cepat melupakan beragam masalah mereka, tetapi dia selalu percaya itu adalah cara mereka untuk menghadapinya dan menyembunyikan derita.

Tentu saja, mereka tidak akan pernah mengakuinya.

Elijah mengemudikan mobil di jalan pegunungan dan melewati terowongan panjang dan gelap. Kedua kakak Sage duduk di kursi belakang, tertidur.

"Aku minta maaf atas semua yang terjadi, Sage."

Sage menoleh ke arah Elijah. “Itu bukan salahmu, Elijah. Bahkan jika kita berada di sana, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Kita mungkin akan mati juga. Geng Bulan terlalu kuat.”

Elijah berkata sambil menghela napas, “Mereka tidak pantas menerima ini. Bahkan, tidak ada yang pantas mendapatkannya! Hanya Geng ini yang pantas mendapatkannya.”

“Mereka pantas mendapatkan yang lebih buruk,” tambah Sage.

Mereka keluar dari terowongan dan melihat adanya penghalang jalan. Mereka akan memasuki wilayah kawanan. Elijah melambat. Dia melihat penjaga memberinya anggukan kecil dan membuka gerbang.

“Hanya jalan pinggiran yang berpenghalang. Kadang-kadang turis manusia mencoba untuk sampai ke pegunungan dengan cara ini, untuk menghindari jalan utama dan lalu lintas,” jelas Elijah.

Sage bersenandung sebagai tanggapan dan menatap ke luar jendela lagi. Tidak lama lagi mereka akan sampai di rumah baru mereka.

Dia terus mendengarkan musik dan memandangi ke langit saat bintang-bintang perlahan mulai muncul.

Saat hari semakin gelap, dia dengan cepat menemukan konstelasi Leo dan Virgo. Jari-jarinya menelusuri tatonya lagi. Bulan mulai tampak dan dia tahu itu bulan sabit.

Elijah tertawa kecil.

Sage menatapnya lagi.

"Kau masih mengikuti garis tatomu setiap kali melihat bintang-bintang."

Sage memberinya senyum kecil.

"Sudah jadi kebiasaan."

Elijah juga tersenyum kecil. "Kita sudah sampai," katanya setelah beberapa saat.

Sage melihat ke depan. Mereka melewati desa besar dengan jalan tanah. Semua bangunan terbuat dari kayu sama, tetapi pintu dan jendelanya modern.

Para serigala yang mereka lalui melihat dengan rasa ingin tahu ke arah mobil, dan Sage melorot, mencoba menyembunyikan dirinya. Saat ini dia paling tidak mengharapkan perhatian. Sebagai putri alpha, dia selalu mendapat banyak perhatian, dan dia membencinya.

Kedua kakak perempuannya telah bangun dan duduk lebih tegak sehingga serigala di luar akan bisa melihat mereka. Tentu saja, mereka selalu menyukai perhatian semacam ini.

Elijah berhenti di depan tiga rumah kawanan besar. Yang di kanan dan kiri punya gaya yang sama dengan rata-rata bangunan di desa, dan yang di tengah sedikit lebih gelap dan lebih kuno.

Anak-anak sedang bermain di rerumputan di depan rumah.

Elijah menghentikan mobilnya. "Apakah rahangmu macet?"

Sage segera menutup mulutnya dan memelototinya. Elijah terkikih dan turun dari mobil.

Romeo berlari keluar dari rumah kawanan di sebelah kiri. Dia meraih Elijah dan menciumnya seakan-akan sudah berpisah setahun lamanya. Sage tersenyum melihat pemandangan itu sementara kedua kakaknya membuat suara tersedak.

"Kalian tidak dewasa, ya?" Sage bertanya. Mereka menjulurkan lidah. Sage memutar matanya dan juga turun dari mobil.

Sage adalah yang termuda, tetapi kadang-kadang merasa seperti yang tertua di antara mereka.

Dia berjalan ke arah laki-laki yang sedang berciuman. "Hati-hati jangan sampai saling cekik."

Romeo menjauh. Memelototi Sage saat dia berjalan ke arahnya.

Sage terkikih ketika dia merengkuh dan memeluknya.

“Halo, Pengamat Bintang.” Dia tersenyum mendengar julukan itu. Romeo telah memberikan julukan ini kepadanya ketika mereka pertama kali bertemu dan Sage mengatakan kepadanya bahwa dia sedang belajar menjadi seorang astronom.

Romeo selalu senang mendengarkan cerita tentang bintang-bintang dan mereka berdua cepat akrab.

Dia adalah bagian dari kawanan Bulan Serigala. Romeo dan Elijah bertemu selama acara pelatihan yang diadakan bersama. Pelatihan mereka menghasilkan sesuatu yang lain hari itu…

Segera setelah itu, mereka berdua datang ke kawanan Bulan Tersesat, sehingga Sage bisa bertemu dengan jodoh Elijah.

Elijah memang sepupunya, tetapi mereka selalu merasa seperti kakak-adik, jadi ketika Romeo datang ke dalam hidup mereka, Romeo langsung menjadi saudara laki-lakinya juga.

Romeo mempererat pelukannya dan Sage sampai kesulitan bernapas.

“Ro-meo, u-udara.”

Pria itu segera melepaskannya. "Maaf, lupa kalau kau manusia." Sage memelototinya. Dia mengedipkan matanya.

Iliza dan Jessica juga sudah turun dari mobil.

“Iliza. Jessica. Senang bertemu kalian berdua lagi.”

Sage harus menahan tawanya melihat cara dia beralih dari dirinya yang konyol ke dirinya yang sok formal. Romeo adalah putra Beta, jadi tidak kesulitan untuk langsung ke intinya.

“Rome. Senang bertemu denganmu juga,” kata Iliza, memutar matanya.

“Wow, Iliza, bisakah kau lebih sarkastis?”

Sage berbalik dan melihat pemilik suara itu. "Paman!" Dia berlari ke arahnya.

Pamannya menangkapnya dan memeluknya. "Halo, Sage." Dia mencium puncak kepalanya.

Sage menarik diri. "Hai, Paman."

Rick melihat ke arah Jessica dan Iliza. Dia menghela napas. Ada nama kalian di masing-masing pintu kamar kalian, juga kamar mandi dalam dengan bak mandi."

Sebelum dia selesai berbicara, keduanya sudah berlari menuju rumah kawanan tengah yang ditunjuk Rick.

"Terima kasih!" mereka berdua berteriak. Sage memutar matanya.

"Mereka benar-benar tidak berubah, ya?"

Sage mendengus. "Menurut Paman bagaimana?"

Dia menghela napas lagi dan menggelengkan kepalanya. "Serius, bagaimana ceritanya sampai mereka menjadi anak-anak manja seperti itu?"

“Apa hanya karena mereka putri alpha?” Romeo menjawab.

"Aku juga putri alpha," kata Sage, menyela.

"Ya, tepat sekali."

Sage meninju bahunya saat dia tertawa.

"Jodohmu itu berengsek," kata Sage kepada Elijah.

"Memang! Bodoh juga!”

Kepala Sage menoleh ke arah gadis kecil dengan rambut cokelat pendek dan mata kuning.

Gadis ini seperti pinang dibelah dua dengan Romeo, dengan mata kuning, rambut cokelat, berotot, dan cukup rupawan.

Elijah juga berotot dan punya rambut pirang, tetapi dengan mata hijau, sementara Rick punya mata biru cerah seperti ayahnya dan dirinya sendiri. Para lelaki mengenakan kaus dengan jins dan sepatu bot tempur.

Sage mengenakan kaus dengan celana olahraga dan masih bertelanjang kaki karena telah melepas sepatunya di dalam mobil. Rambutnya disanggul sekenanya.

"Juliet!" Romeo memarahinya.

Elijah tertawa kecil. "Sage, ini Juliet, adik perempuan Romeo."

"Jadiii, Romeo,"—Sage menunjuk kepadanya—"dan Juliet?" lalu menunjuk gadis itu.

"Ya, orang tua kami bercandanya keterlaluan," kata Romeo.

Sage tertawa. "Kupikir itu hal paling manusiawi yang pernah aku dengar dilakukan oleh serigala."

Romeo meninju bahunya, membuatnya tertawa lagi. Dia mengalihkan perhatiannya ke Juliet yang marah. “Kenapa aku bajingan bodoh?”

Juliet mengentakkan kakinya. “Kita sedang bermain game! Kau tidak bisa pergi begitu saja!”

Romeo menghela napas dan mencubit pangkal hidungnya. "Sial, maaf, Jul. Efek ikatan jodoh."

“Oo tidak bisa, jangan sampai dia menang semudah itu, Juliet! Jika aku jadi kau, aku akan menghukumnya,” kata Sage.

Romeo memberinya tatapan terkejut. "Apa salahku kepadamu?"

Sage mengangkat bahunya. "Kalau menggoda dan menggangguku selama bertahun-tahun?"

"Oh ayolah!" Romeo mengangkat tangannya ke udara.

"Jadi, Juliet, apa hukumannya?" Rick bertanya.

Romeo menampar kepalanya sendiri. "Aku benci kalian semua."

"Aku ingin kau membersihkan kamarku!" kata Juliet senang. Sage dan Rick terkikih melihat ekspresi kekalahan di wajah Romeo. "Dan Elijah harus membantumu."

Kepala Elijah tersentak ke arah Juliet dan senyumnya jatuh. "Kenapa aku diseret-seret?" Suaranya melengking.

"Dia lari karena kau." Juliet mengangkat bahu.

"Begitu baru bagus," kata Sage.

Juliet tersenyum cerah kepadanya. “Juliet Alpine, putri Beta dari kawanan Bulan Serigala, dan calon Beta berikutnya.”

Sage terkikih saat dia secara resmi memperkenalkan dirinya dan Romeo mendengus.

"Enak saja, adik kecil."

Sage berjongkok. "Sage Moon, putri alpha dari kawanan Bulan Tersesat, calon astronom, dan manusia," kata Sage sambil tersenyum kecil.

"Kau adalah putri alpha?" tanya Juliet. Sage mengangguk. "Keren!"

Dia terkikih mendengar kegembiraan dalam suara Juliet.

“Apa itu as-ast-astr—”

Semua orang tertawa ketika dia mencoba mengucapkan kata itu.

"Astronom?" kata Sage.

Juliet mengangguk.

"Orang yang tahu segalanya tentang bintang, bulan, planet, dan rasi bintang."

Juliet menatap langit malam. “Kau tahu segalanya tentang itu?” Dia menunjuk ke langit.

Sage tertawa lagi. “Belum semuanya. Aku masih belajar, tapi yang pasti tahu banyak.”

Juliet menatapnya lagi. "Keren!"

Sage tersenyum.

"Apakah ibu dan ayahmu juga ada di sini?" Juliet bertanya dengan polos.

Senyum Sage jatuh ketika memikirkan tubuh mereka yang tergantung di rumah kawanan. Rick meletakkan tangan di bahunya.

“Sayang, orang tuanya meninggal baru-baru ini. Itu sebabnya dia ada di sini,” kata Romeo kepada adiknya. Setetes air mata mengalir di pipi Sage.

"Maafkan aku, Sage." Juliet memeluknya.

Sage tersenyum kecil. “Tidak apa-apa, sayang. Kau tidak tahu.”

Juliet mengeratkan pelukannya.

"Juliet!"

Juliet menarik diri dan melihat ke arah rumah kawanan sebelah kiri. Itu pasti rumah kawanan Bulan Serigala.

Seorang pria dan wanita berjalan ke arah mereka. Si wanita berambut cokelat panjang dan bermata cokelat tua dan yang pria berambut hitam dan bermata kuning seperti Romeo dan Juliet. Mereka pastinya orang tua mereka.

Wanita itu mengangkat Juliet dan pria itu mengangguk ke arah Rick sebelum matanya tertuju kepada Sage.

“Edward Alpine, putra Beta dan Beta dari kawanan Bulan Serigala. Ini jodohku, Rachel," kata Edward.

"Sage Moon, putri alpha dari kawanan Bulan Tersesat, calon astronom, dan manusia," katanya, memperkenalkan dirinya secara resmi seperti yang dia lakukan kepada Juliet.

"Aku turut berbelasungkawa atas musibah yang menimpa keluargamu," kata Rachel.

Sage melihat belas kasih di matanya. Sage menelan ludah dan mengangguk. "Terima kasih." Suaranya seperti bisikan.

Edward melangkah ke arahnya. "Selamat datang di kawanan Serigala Api."

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok