Berbeda - Book cover

Berbeda

Katie Hines

Bab 2

Evelyn

Hari ini adalah hari di mana putra Alpha Ben pulang dari kepergiannya sejak berusia 15 tahun.

Rupanya setelah pelatihan khusus selesai, dia memutuskan untuk berjelajah keliling dunia selama beberapa tahun sambil mencari jodohnya.

Aku di dapur membantu wanita lain menyiapkan hidangan istimewa untuk pesta yang diadakan Alpha Ben demi menyambut kepulangan Alex.

Aku harap dia telah menemukan jodohnya. Aku tidak mengerti bagaimana orang-orang dapat menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang bukan merupakan jodoh sejati mereka.

Maksudku, jodohmu seharusnya menjadi orang yang mampu menjadikanmu versi terbaik dari dirimu, orang yang akan melengkapimu dan mencintaimu tanpa syarat.

Bagaimana jika kau malah memilih seseorang yang bukan seharusnya jodohmu? Memikirkannya saja bahkan sangat menyedihkan.

Aku sedang menyelesaikan pengaturan meja panjang dan menempatkan hidangan yang sudah matang di tengah.

Selama bertahun-tahun, hubungan Alpha Ben dan aku menjadi dekat; dia sudah seperti pamanku sendiri. Setiap saat seseorang harus pergi memberitahunya kalau makan malam sudah siap, para wanita akan mengirim aku.

Tentu saja kami dapat bertelepati, tetapi dia selalu lebih suka diberi tahu secara langsung, dan aku tidak keberatan memberi tahu dia karena aku suka mengunjunginya.

Meraih dan kemudian mengetuk pintu, aku menyadari kalau tanganku penuh dengan tepung dan bahan makanan lain, sisa memasak di dapur.

Suara Alpha Ben bergema, menyuruhku masuk, jadi aku memutar gagang pintu dengan hati-hati, memastikan tidak kotor.

"Alpha Ben, makan malam sudah siap, kapan pun Alpha Alex siap."

Berhenti tiba-tiba, aku segera menyadari kalau Alpha Ben tidak sendirian. Duduk di kursi di sampingnya adalah pria yang sangat menawan.

Dia memiliki rambut cokelat tua, mata hijau yang memesona, dan tubuh yang atletis.

Menilai dari lekukan kakinya, aku yakin kalau tubuhnya cukup jangkung.

Ada energi yang kuat terpancar dari dirinya, yang membuat aku segera menundukkan kepala sebagai bentuk kepatuhan dan rasa hormat.

“Aku minta maaf, Alpha Ben. Aku tidak tahu kalau kau sedang bersama teman.”

Alpha Ben hanya tersenyum. "Omong kosong. Alex, kau ingat Evelyn, kan?” dia bertanya.

Alex menoleh ke arahku, mengamati tubuhku dari jari hingga rambut, menyebabkan sedikit rona merah muncul di pipiku.

“Keponakan Raf dan Sam, kan?” Alex menanggapi. Alpha Ben berseri-seri, dengan binar di matanya yang tidak kupahami.

"Ya! Betul sekali! Evelyn, mari bersalaman dengan anakku.”

Aku paham benar kalau itu sebuah perintah yang tidak dapat kutolak, aku melangkah maju dan mengulurkan tanganku ke Alpha Alex; tapi sebelum dia bisa mengambilnya, aku menariknya kembali.

Sambil tersenyum malu-malu, aku berkata, "Maaf, aku seharusnya mencuci tangan sebelum datang ke sini."

Aku menunjukkan tanganku dan menjelaskan kalau tanganku kotor dengan bekas tepung dan bahan makanan lainnya.

Senyum Alpha Ben terputus-putus, tetapi kemudian kembali dengan kekuatan penuh. “Tidak apa-apa, sayang. Mengapa kau tidak membersihkan diri dan kau bisa duduk di sebelah anakku saat makan malam nanti?”

Aku menganggukkan kepalaku sebelum berbalik dan pergi.

***

Butuh waktu sekitar 15 menit bersiap-siap untuk makan malam. Aku memilih gaun musim panas biru muda yang sederhana dan sepatu flat putih, membiarkan rambutku yang bergelombang halus terurai alami.

Aku tidak mengutak-atik riasan wajahku karena tidak ingin menunggu makanan menjadi dingin sesampainya di meja makan.

Berjalan ke ruang makan, aku melihat semua kursi telah ditempati kecuali dua kursi kosong: satu di samping Alpha Alex dan satu di samping Julian.

Sambil melirik Alpha Ben, dia mengisyaratkan aku duduk di samping putranya. Mematuhinya, aku berjalan mengitari meja, tapi sebelum duduk di kursi, Tessa duduk di samping Alpha Alex.

Tidak mau berdebat, aku segera menempati kursi di samping Julian, mendapatkan tatapan penasaran dari Alpha Alex.

Aku berharap dan berdoa agar kedua alpha tidak membahas itu, aku mengisi penuh piringku dan mulai menyendok makananku.

Bukannya aku tidak mau duduk di sebelah Alpha Alex. Maksudku, aku tidak buta; dia sangat tampan.

Dan bukannya aku tidak bisa melawan kakakku. Dia tidak pernah berlatih sekali pun dalam hidupnya; aku dapat dengan mudah mengalahkannya dengan mata tertutup.

Hanya saja aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Aku lebih suka meredakan situasi panas dan tidak mencari masalah.

Saat sedang mengunyah makanan, Julian mulai menyikut lenganku dengan sikunya.

Aku menatapnya saat dia memiringkan kepalanya ke arah Tessa.

"Menurutmu berapa lama waktu yang dibutuhkan Alpha Alex untuk jatuh ke dalam perangkapnya?" dia bertanya kepadaku dengan sangat pelan sehingga aku harus berusaha keras untuk mendengarnya.

Mendengus karena pertanyaannya, aku mendengarkan percakapan mereka.

"Alpha Alex, aku tidak pernah melihat lengan sekokoh punyamu," kata Tessa dengan suara paling menggoda sambil meremas otot bisepnya.

Mau tak mau, aku memelototi tangan Tessa ketika menyentuhnya. Aku hampir tidak bisa menahan suara geramanku untuk keluar dari bibirku.

Menyendok lebih banyak makanan ke dalam mulutku cukup membantu, tapi mataku tetap mengikuti godaan Tessa yang tak henti-hentinya. Yang membuatku kesal, Alpha Alex juga membalas godaannya.

Alpha Ben berdeham, yang sontak menarik perhatian semua orang.

“Evelyn, kupikir aku memintamu untuk duduk di samping putraku? Apakah aku tadi hanya berkhayal?”

Sial. Dia baru saja menegurku di depan semua orang.

Aku yakin wajahku semerah ceri saat mata semua orang tertuju kepadaku, termasuk Alpha Alex yang terlihat geli.

Untung saja dia menganggap ini lucu, kalau tidak bunuh saja aku.

Aku harus menelan makanan yang ada di mulutku sebelum bisa berbicara dengan benar.

“Alpha Ben, aku minta maaf. Tidak ada kursi kosong tadi, dan aku tidak ingin mengganggu makan malam siapa pun.”

Alpha Ben menatapku dengan seringai kecil di wajahnya. Dia tahu aku tidak nyaman menjadi pusat perhatian orang-orang, tetapi ini adalah hukumannya karena tidak melakukan apa yang dia minta.

Menjaga pandanganku tetap ke bawah adalah hal yang mudah, tetapi ketika Alpha Ben mulai berbicara, sulit sekali untuk tidak ingin membalikkan meja atau tersedak.

“Tidak apa-apa. Aku yakin Tessa tidak akan keberatan jika kau bertukar tempat dengannya sekarang. Jadi, pindahlah ke sana agar kita semua bisa menikmati sisa makan malam kita.”

Dan jika ada yang pernah bertanya kapan waktu yang tepat untuk mati, ini saatnya. Tessa menatapku dengan tajam, dan aku seperti melihat uap keluar dari telinganya.

Sambil membawa piringku, aku mulai mengitari meja, melewati Tessa. Namun, aku tidak pernah benar-benar sampai ke kursinya.

Celaka.

Kaki Tessa menyepak langkah kakiku, dan hal berikutnya yang kutahu, aku sudah telungkup di lantai, dengan piring makanan yang tumpah di antara kain gaunku.

Aku berusaha mengendalikan diriku sebisa mungkin untuk tidak berubah wujud saat itu juga.

Tarik napas, embuskan.

Aku harus menarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelum berdiri, tinju terkepal erat. Aku tahu mataku berubah menjadi emas, menandakan serigalaku akan mengambil alih.

"Alpha Ben, Alpha Alex, aku permisi."

Aku berjalan keluar dari ruang makan dan menuju ke luar di mana aku berubah wujud menjadi serigala hitamku dan berlari jauh ke dalam hutan.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok