Serigala Berbintang - Book cover

Serigala Berbintang

A. Makkelie

0
Views
2.3k
Chapter
15
Age Rating
18+

Summary

Setelah keluarganya dibantai secara kejam oleh kawanan serigala liar, Sage, seorang manusia, pindah ke gabungan Kawanan Bulan Api dan Bulan Serigala. Tak lama kemudian, dia mendapati bahwa kedua alpha di sana punya identitas tersembunyi. Sage bisa merasakan datangnya sebuah perubahan…tapi tidak ada cara untuk menyiapkan diri!

Rating Usia: 18+

Lebih banyak

56 Chapters

Chapter 1

PROLOG

Chapter 2

SATU

Chapter 3

DUA

Chapter 4

TIGA
Lebih banyak

PROLOG

Buku Satu

“Jangan, Elijah! Awas ya, jangan!” Sage mengulurkan tangannya ke depan dan perlahan berjalan mundur.

Elijah menyeringai dan perlahan merangsek maju.

“Elijah…” dia memperingatkan lagi.

Elijah tiba-tiba berlari ke depan. Sage berteriak dan lari darinya.

“Jangan-jangan-jangan-jangan-jangan-jangan-jangan-jangan, JANGAN!” Sage berteriak ketika Elijah melingkarkan lengannya di pinggangnya. Elijah mengangkatnya sementara Sage meronta-ronta berusaha membebaskan diri.

Dia berjalan menuju danau dan berhenti di tepinya. Sage melingkarkan lengannya erat-erat di leher Elijah. "Jika aku harus basah kuyup, kamu juga harus basah kuyup!"

Elijah tersenyum dan mengangkat bahunya. "Oke," katanya dan langsung melompat ke dalam air.

Sage berteriak saat mereka terjun ke air. Elijah melepaskannya saat mereka muncul. "Kau bajingan sialan."

Elijah tertawa ketika memercikkan air ke arahnya. "Kau yang minta, sepupu."

“Sama sekali tidak, sepupu.”

Elijah menjulurkan lidahnya ke arahnya.

Sage mendengus. "Kekanak-kanakan sekali."

Elijah keluar dari air lalu menarik celana renangnya ke atas, terlalu tinggi sampai pinggangnya mencapai rusuknya, dan menyilangkan lengannya. Dia melihat dari balik bahunya.

Sage melihat ke arah yang dipandangi Elijah, yaitu saudara-saudara perempuannya. Mereka masih saja berjemur, memastikan bahwa kulit mereka benar-benar menjadi kecokelatan dengan sempurna. Sage memelototi Elijah.

Dari sorot matanya, jelas terlihat Elijah akan mengisengi mereka.

“Mereka akan membunuhmu.”

Elijah menggerak-gerakkan alisnya ke arah Sage dan berbalik ke arah saudara-saudara perempuannya. Setelah mengambil napas dalam-dalam, dia meluncurkan dirinya ke arah mereka. Sage mendengar kedua saudarinya berteriak saat Elijah mendarat di atas mereka.

"Kau bajingan sialan!" Iliza berteriak kepadanya.

"Kamu ini kenapa, berengsek!" Jessica menambahkan.

Mereka mendorongnya agar menjauh.

"Sekarang cokelat kulit kami tidak akan merata!" sembur Iliza saat melihat tubuhnya.

"Kau baru saja mengacaukan musim panas kami, Elijah," tambah Jessica.

Elijah mengerang dan berdiri. "Kalian terlalu peduli dengan penampilan."

"Yang bicara begitu malah punya lebih banyak baju dibandingkan kami." Jessica meletakkan tangannya di pinggul dan memelototinya.

"Yang benar saja, kalian sendiri seperti punya toko baju."

Sage memutar matanya dan ikut keluar dari air.

Jessica dan Iliza selalu saja mengeluh, bahwa seperti kata-kata mereka sendiri, serigala betina yang "jelek dan malang" selalu membeli pakaian di toko sama yang mereka suka.

Jadi, suatu hari mereka pergi ke ayah mereka dan meminta—tidak, bukan meminta—memerintahkan ayah mereka agar memberikan tokonya saja sekalian.

Ayah mereka telah menolak, tetapi mereka melakukan segalanya untuk membuatnya kesal sehingga ayah mereka pun menyerah dan menuruti kemauan mereka.

Begitulah kejadiannya.

Sage mengeringkan rambut hitam pekat panjang miliknya, yang tergerai sepanjang punggungnya. Dia telah mengenakan kemeja Elijah, yang menjuntai sampai tepat di bawah pantatnya, dan berjalan menuju ke arah yang lainnya.

"Tetap saja, kau seorang pria dan bahkan punya lebih banyak pakaian daripada Sage."

Sage memelototi Iliza.

“Aku tidak gila penampilan seperti kalian bertiga. Aku punya jumlah pakaian normal yang membuat aku nyaman. Aku tidak sampai membutuhkan seisi toko.”

Iliza memutar matanya ke arahnya. "Serigala perlu terlihat terbaik jika jodohnya datang."

Sage mendengus. "Untungnya aku manusia," katanya.

Sama seperti kedua saudarinya, Sage adalah putri alpha, tetapi bukannya terlahir sebagai serigala, dia terlahir sebagai manusia. Orang tuanya telah mencoba mencari tahu alasannya, tapi tetap saja menemui jalan buntu.

Akhirnya mereka menerima kenyataan itu begitu saja.

Kawanannya tidak peduli. Mereka menerimanya apa adanya dan senang bahwa dia bukan anak nakal seperti kedua kakak perempuannya.

Sage tahu dia tidak akan pernah bisa mengambil gelar alpha dari ayahnya, tapi dia tidak peduli. Yang dia inginkan hanyalah menyelesaikan studinya dan menjadi astronom pertama.

Dalam hal ini, menjadi astronom pertama dari kawanan mana pun.

Dia selalu menyukai astronomi dan astrologi. Sedari kecil sampai tumbuh dewasa, dia selalu bertanya-tanya tentang alam semesta di sekitarnya. Ibunya telah menyuruhnya untuk mengejar hasratnya dan mempelajarinya.

Sage langsung melakukan apa yang diminta ibunya.

Dengan cepat dia tahu semua tentang rasi bintang, bulan, planet-planet, dan bintang-bintang pada umumnya.

Sekarang, dia sedang mempelajari mitologi Yunani tentang rasi bintang. Hal ini adalah sesuatu yang suka dipelajarinya dan dia selalu membebaskan imajinasinya. Dia bertanya-tanya apakah ada kebenaran di dalamnya.

Tanpa sadar, dia mengikuti garis tato hitam putih di lengan kanannya. Dia mengamati tato itu.

Tatonya hanya berupa garis luar. Garis putih dan lingkaran kecil membentuk konstelasi favoritnya, Sagitarius, dan garis hitam membentuk bulan sabit di belakang garis-garis putih.

Sage ingat saat dia mendapatkannya. Dia bersama Elijah dan jodohnya, Romeo, di tempat seniman tato kawanan. Romeo mendapatkan tato dengan cetakan kaki serigala Elijah.

Karena dorongan hati, Sage memutuskan bahwa dia menginginkan tato juga dan dia tahu pastilah tato yang ini, meskipun belum pernah melihat gambar itu sebelumnya.

Orang tuanya terkejut ketika melihatnya, tetapi tetap menyukainya.

Embusan angin bertiup melewati mereka. Elijah, Iliza, dan Jessica langsung menegang. Sage melihat mereka. "Ada apa?"

Elijah mengendus-endus udara. "Darah."

Itu satu-satunya kata yang dia ucapkan, tetapi mereka semua tahu itu berarti ada yang tidak beres. Mereka segera berkemas dan mulai berjalan kembali ke desa kawanan.

Mencium darah bisa berarti banyak hal, tetapi rata-rata, hal itu menandakan adanya bahaya. Serigala liar selalu mengintai di dekat perbatasan dan tidak ada yang ingin bertemu dengan mereka. Terutama Geng Bulan.

Geng Bulan adalah sekelompok serigala liar yang mencari kesenangan dengan menghabisi kawanan lain. Mereka dibenci dan ditakuti.

Entah bagaimana, mereka selalu menang. Tidak peduli seberapa kuat kawanan yang mereka hadapi, Geng Bulan selalu berhasil memusnahkan seluruh anggota kawanan sasaran.

Yah, hampir selalu. Ada satu kawanan yang mereka coba serang, tapi gagal.

Kawanan Serigala Api.

Sebagai kawanan, Kawanan Serigala Api sangatlah langka: kawanan ini terdiri bukan hanya satu kawanan, tapi dua kawanan.

Kawanan Bulan Api dan kawanan Bulan Serigala adalah sekutu erat. Alpha kedua kawanan tersebut berteman, dan ketika kawanan Bulan Api diserang oleh Geng Bulan, mereka dibantu oleh kawanan Bulan Serigala.

Tanpa susah payah, mereka menang dan kawanan Geng Bulan hampir musnah.

Kedua alpha ini memimpin kawanan dan wilayah sendiri tanpa campur tangan dari yang lain, tetapi bila dirasa perlu, mereka akan bersatu.

Bersatu sebagai satu kawanan untuk mengalahkan siapa pun yang menantang mereka.

Tak lama kemudian, semua orang mulai menyebut mereka sebagai kawanan Serigala Api. Setiap kawanan takut kepada mereka, tetapi juga menginginkan aliansi dengan mereka.

Semua orang telah mendengar desas-desus bahwa rumah kedua kawanan itu bersebelahan, berbagi perbatasan yang memisahkan wilayah mereka sehingga serigala dari kedua kawanan bisa saling melintasi perbatasan dengan bebas kapan pun mereka mau.

Bagi manusia, hal semacam ini biasa saja, tetapi tidak demikian halnya bagi serigala. Sangat jarang terjadi dua kawanan saling bertukar kepercayaan.

Tidak ada yang tahu apakah rumor itu benar, karena tidak ada yang diizinkan untuk menggali sedalam itu, kecuali para alpha yang bersekutu, dan bahkan mereka pun tutup mulut.

Kawanan Sage juga bersekutu dengan mereka karena paman, sepupu, dan neneknya semua tinggal dalam kawanan.

Ketika ayahnya mendapat gelar alpha, pamannya, Rick, menyingkir. Dia dan ayahnya, kakek Sage, tidak pernah bisa sependapat, dan ketika Rick muncul, segalanya menjadi lebih buruk.

Sage mendengar cerita tentang bagaimana mereka selalu berkelahi, dan ketika kakeknya mengancam menghapus kemungkinannya untuk mendapat gelar alpha jika dia tidak mengambil jodoh wanita, Rick merasa muak.

Rick pernah mengatakan bahwa dia tidak ingin menjadi alpha yang harus berpura-pura. Dia menyatakan bahwa dia tidak peduli dengan gelar itu dan bahwa saudara laki-lakinya, ayah Sage, bisa mendapatkan gelar itu.

Setelah ayah Sage akhirnya bergelar alpha, Rick pergi bersama ibunya. Kakek dan nenek Sage juga punya masalah, dan hanya pulang manakala ada yang berulang tahun dan perayaan Natal.

Sage selalu punya hubungan baik dengan pamannya. Dia selalu senang ketika melihatnya dan bisa berbagi cerita tentang apa pun.

Orang tuanya berbeda. Mereka selalu tegang, terutama jika pamannya menyentuhnya. Seakan-akan hal itu akan membuatnya tersakiti. Sampai hari ini, Sage masih tidak tahu alasannya.

Hal lain yang masih tidak dia mengerti adalah bagaimana Rick menjadi ayah Elijah. Rick gay, tapi masih punya anak.

Sage dan Elijah selalu bercanda tentang kesalahan yang terjadi saat mabuk, tetapi mereka tidak tahu apakah itu benar. Rick tidak akan pernah memberi tahu mereka.

Sage terbangun dari lamunannya ketika mencium aroma logam yang kuat. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari aroma apa itu. Dia berhenti dan menatap Elijah.

"Tolong jangan bilang kau bisa mencium baunya." Dia tahu bahwa jika manusia saja bisa menciumnya, maka itu berarti hal buruk sedang terjadi.

"A-aku bisa menciumnya."

“Sialan!” Elijah berteriak.

"Apa yang terjadi?" tanya Iliza. Tidak ada yang menjawab.

Elijah, Iliza, dan Jessica berubah menjadi bentuk serigala mereka. Sage naik ke punggung Elijah. Mereka harus kembali ke rumah kawanan dengan segera. Pasti ada sesuatu yang tidak beres!

Mereka mulai berlari menuju desa dan aromanya semakin kuat. Begitu memasuki desa, mereka melihat pembantaian.

Jantan, betina, anak, remaja, lansia. Tidak ada yang dibiarkan hidup atau utuh. Jalanan dipenuhi mayat. Isi perut dan potongan anggota tubuh berserakan di mana-mana.

Bangunan-bangunan di desa berlumuran darah dan suasananya benar-benar sunyi senyap.

Air mata membanjiri mata Sage dan dia menutup mulut dengan tangannya. Ini tidak mungkin terjadi. Siapa yang tega melakukan hal seperti ini?

Mereka selalu merupakan kawanan yang cinta damai dan hanya bertarung jika perlu. Mereka tidak pantas diperlakukan begini!

Tak satu pun dari mereka berkata-kata saat menyusuri jalan, berusaha untuk tidak menginjak apa pun. Sage menangis ketika melihat mayat orang-orang yang dia kenal. Dokter, gurunya, teman-temannya.

Tidak ada seorang pun yang terlewatkan.

Mereka berjalan menuju rumah kawanan. Sage melihat dua hal yang tergantung di kedua sisi pintu: mayat.

Dia perlahan berjalan maju, dan ketika melihat jelas mayat siapakah yang dilihatnya, dia berhenti dan berlutut.

"TIDAK!" dia berteriak. Jeritannya berubah menjadi isak tangis tak terkendali. Dia mendengar kedua kakak perempuannya berteriak juga.

Orang tuanya digantung dan ditelanjangi.

Ibunya kehilangan lengan, di leher serta dadanya terlihat luka menganga. Memar di perut bagian bawah dan bagian dalam pahanya menunjukkan bahwa dia telah diperkosa secara brutal sebelum dibunuh.

Ayahnya kehilangan setiap anggota badannya, dan dikuliti.

Darah mereka masih menetes dari tubuh mereka. Pemandangan ini akan menghantui Sage selama sisa hidupnya.

Elijah meletakkan satu tangannya di bahu Sage. Dia melihat ke pintu dan kemarahan memenuhi dirinya. Ada pesan, ditulis dengan darah.

"Geng Bulan tadi ke sini."

Belum pernah seumur hidupnya Sage merasakan kemarahan sebesar ini.

Bagaimana ada orang yang bisa begitu tidak menghormati orang sudah mati? Bagaimana ada orang yang bisa melakukan hal semacam ini?

Tidak ada yang mengatakan apa-apa dan hanya ada suara tangis memenuhi udara.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Iliza. Suaranya serak.

“Aku memberi tahu ayahku melalui telepati. Kalian diizinkan tinggal bersama kami untuk saat ini,” jawab Elijah sambil mengeringkan air matanya.

"Kita harus mengubur mereka," kata Sage. Suaranya juga serak.

Elijah memeluknya. "Dan itulah yang akan kita lakukan."

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok